Pemanfaatan kapal perintis di Parigi Moutong masih minim

id Kapal perintis, pelabuhan Parigi, Faisal Pontoh, Parigi Moutong, sulteng

Pemanfaatan kapal perintis di Parigi Moutong  masih minim

Kepala Pelabuhan kelas tiga Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Faisal Pontoh. ANTARA/Moh Ridwan

Parigi (ANTARA) - Pemanfaatan kapal perintis oleh masyarakat di Pelabuhan Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, masih minim sebagai moda transportasi antarpulau.

"Sekalipun data penumpang naik mendominasi dibandingkan penumpang turun, namun kondisi ini masih sangat minim, dalam artian pergerakan orang di Pelabuhan Parigi masih sedikit," kata Kepala Pelabuhan kelas tiga Parigi Faisal Pontoh di Parigi, Minggu.

Dia memaparkan jika dilihat perbandingan penumpang naik dan penumpang turun menggunakan transportasi kapal perintis dalam tiga tahun terakhir atau sejak masuknya kapal perintis tahun 2019-2021 jumlah penumpang turun sebanyak 1.222 orang dan penumpang naik 1.355 orang.

"Data penumpang naik dan penumpang turun hanya selisih sedikit, padahal kapal perintis yang diprogramkan pemerintah pusat tersebut sebagai alternatif moda transportasi antarpulau untuk memudahkan masyarakat," ujar Failas.

Menurut dia, lokasi Pelabuhan Parigi memiliki satu kelebihan karena pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan menjadikan pelabuhan ini sebagai 'home base' atau pangkalan bagi satu kapal perintis yang melayani rute Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, dengan beberapa pelabuhan di Sulteng yakni Pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai , Pelabuhan wilayah kepulauan di Kabupaten Tojo Una-Una hingga kembali ke Pelabuhan Parigi serta Pelabuhan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong.

"Rute tersebut juga merupakan rute tol laut untuk memudahkan suplai barang masuk dan keluar pada wilayah-wilayah kepulauan di kawasan Teluk Tomini sekaligus menjembatani produk hasil bumi di kawasan Timur Sulteng untuk dipasarkan ke luar daerah melalui Pelabuhan Bitung yang menjadi sentral untuk melayani kebutuhan wilayah kepulauan di Sulteng, transit untuk melanjutkan pemasaran produk ke kawasan Timur Indonesia.

Menurut dia, kehadiran tol laut dan kapal perintis ini bertujuan untuk membuka keterisoliran daerah-daerah terluar, terpencil dan tertinggal (3T) yang belum terkoneksi melalui moda angkutan laut dalam upaya merangsang pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah-wilayah tersebut.