Palu, (antarasulteng.com) - Para petani Bolupontu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dalam beberapa bulan terakhir ini tidak menanam komoditas hortikultura karena masih kesulitan air akibat musim kemarau panjang.
"Kami mengalami kesulitan air, sebab debit air sungai di Desa Oloboju dalam beberapa bulan ini menurun drastis," kata Daeng Abas Melewa, warga Bolupontu yang ditemui di kediamannya, Senin.
Ia mengatakan kebanyakan petani belum berani menanam karena selama ini hanya mengandalkan pasokan air melalui pipa air bersih.
Sumber airnya cukup jauh dari lahan pertanian dan hanya melalui jaringan pipa. "Pada saat tidak musim kemarau, pasokan air lancar," katanya.
Tetapi jika musim kemarau seperti sekarang ini banyak kali airnya macet sehingga untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga tidak cukup dan terpaksa membeli air kepada PDAM setempat.
Daeng Abas mengatakan dalam seminggu harus membeli air PDAM. Bisanya satu tangki Rp100 ribu.
Hal senada juga disampaikan Ny Sri, petani yang berasal dari Pulau Jawa tersebut mengaku tidak berani menanam berbagai tanaman hortikultura, sebab kesulitan air.
Selama ini, kata dia, petani mengandalkan pasokan air melalui jaringan pipa. Namun sudah berlangsung tiga bulan ini, pasokan air tidak lancar karena musim kemarau mengakibatkan debit air Sungai Oloboju berkurang.
Bolupontu merupakan sentra produksi komoditas hortikultura seperti bawang merah untuk bahan baku bawang goreng, cabai, tomat, sawi, mentimun, terong, kacang panjang dan buah semangka.
Hasil panen petani selama ini dipasarkan ke Kota Palu dan juga ke Kalimantan Timur (Kaltim).
Sebagian besar para petani kini menjadi buruh bangunan di Kabupaten Sigi dan Kota Palu. Bahkan ada beberapa yang terpaksa bekerja di tambang emas Poboya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena kemarau menyebabkan mereka tidak bisa menanam.
Petani Bolupontu Tidak Menanam Karena Kemarau
Kami mengalami kesulitan air, sebab debit air sungai di Desa Oloboju dalam beberapa bulan ini menurun drastis