Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan program wisata berbasis vaksin yang disiapkan oleh pemerintah bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Bali perlu didukung sebagai upaya strategis di tengah pandemi COVID-19.
"Gagasan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menawarkan program wisata berbasis vaksin patut didukung. Gagasan itu bertujuan baik sebagai salah satu upaya strategis dalam memulihkan sektor pariwisata di Tanah Air pada umumnya dan Bali pada khususnya," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah, Kamis.
Meskipun banyak hal yang perlu dipertimbangkan, kata dia, namun wisata berbasis vaksin dapat menyasar tiga target sekaligus. "Tiga target dimaksud yakni vaksinasi untuk kekebalan kelompok, pemulihan sektor pariwisata karena vaksinasi dilakukan di destinasi wisata sehingga dapat menambah lama tinggal wisatawan dan menghidupkan kembali perekonomian masyarakat yang terkait dengan pariwisata," katanya.
Dia menambahkan bahwa penunjukkan Bali sebagai percontohan program wisata berbasis vaksin juga merupakan langkah yang tepat, mengingat Bali relatif lebih siap dalam sarana dan prasarana pariwisatanya. "Selain itu, Bali juga sudah terlalu lama terpuruk akibat pandemi COVID-19. Walaupun daerah lain di Indonesia juga terpuruk sektor pariwisatanya," katanya.
Dia menambahkan bahwa pogram wisata berbasis vaksin juga akan lebih efektif menyasar wisatawan Nusantara mengingat kebijakan mobilitas dari pemerintah dan rencana masyarakat berwisata lebih mudah disesuaikan. "Sedangkan bagi wisatawan mancanegara akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan penerbangan negara lain," katanya.
Dia menambahkan bahwa ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan agar program wisata berbasis vaksin itu dapat direalisasikan dengan baik.
Pertama, perlu sosialisasi kepada masyarakat agar wisata berbasis vaksintidak menimbulkan kecemburuan sosial, karena paket wisata itu akan lebih menyasar pada masyarakat kelas menengah ke atas.
"Untuk itu, perlu juga dibuat program sejenis di daerah yang menyasar masyarakat menengah ke bawah, yaitu wisata berbasis vaksin di objek-objek wisata di daerah," katanya.
Kedua, perlu dipertimbangkan lama tinggal wisatawan di destinasi selama menjalani program tersebut. "Hal itu berkaitan dengan harga paket wisata yang akan menjadi mahal dan kejenuhan wisatawan tinggal di satu destinasi terlalu lama," katanya.
Ketiga, perlu koordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga, karena wisata berbasis vaksin berkaitan dengan transportasi, perijinan kerja, mobilitas orang dan potensi kerumunan di satu destinasi.
Keeempat, pemilihan destinasi wisata berbasis vaksin hendaknya memenuhi azas pemerataan bagi daerah yang memiliki destinasi wisata unggulan, sehingga akan membangkitkan kembali sektor pariwisata daerah. "Setelah program ini berhasil dilakukan di Bali, maka seyogyanya juga segera dilakukan di daerah lain," katanya.
Sementara itu, kelima, kata dia, yang paling penting adalah kesiapan tuan rumah di destinasi wisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyiapkan wisata berbasis vaksin bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Bali.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan wisata berbasis vaksin sebagai opsi utama agar wisatawan yang datang ke Bali mendapatkan vaksin sehingga bukan hanya masyarakat Bali yang mendapatkan vaksin tetapi dipastikan para wisatawan yang masuk ke Bali baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan asing itu sudah kondisi tervaksin.