Palu, (antarasulteng.com) - Hasil studi "Indonesia Development Engineering Consultant (IDEC)" terhadap belum maksimalnya pasokan listrik dari PLTU Sulewana ke Kota Palu, akibat sebagian masyarakat di Kabupaten Sigi belum merelakan lahannya dijadikan lokasi pembangunan tower jaringan listrik.
"Dari 127 masyarakat di empat desa di Kecamatan Sigi, masih lima orang yang masih bermasalah. Sedangkan lainnya sudah beres," kata Direktur IDEC Gunawan di Palu, Senin.
Empat desa yang dilalui jaringan tersebut yakni Desa Loru, Pombewe, Ngatabaru dan Sidera.
Gunawan menduga belum diselesaikannya masalah terhadap lima warga tersebut karena PLN selaku penanggungjawab pembangunan jaringan tidak serius menyelesaikan kasus tersebut sehingga suplai listrik dari PLTA ke Palu terbatas.
"Sehingga diesel milik PLN tetap beroperasi. Padahal kalau PLTA total masuk ke Palu dengan daya 95 megawatt maka diesel PLN sebagian bisa diistrihatkan," katanya.
Menurut Gunawan, masih besarnya penggunaan diesel oleh PLN tersebut karena terkait biaya operasional yang tinggi sehingga dananya terus mengalir.
"Kami kesulitan masuk ke manajemen pengelolaan diesel yang ada di Silae, karena tertutup," katanya.
Selain itu PLN juga hanya membayar ke PLTA berdasarkan jumlah daya yang masuk ke jaringan sistem interkoneksi Palu.
Pasokan listrik dari PLTA masuk ke Palu hingga kini kata Gunawan baru mencapai 25 megawatt dari 95 megawatt yang dialokasikan untuk ibu kota provinsi tersebut.
"Makanya jangan heran kalu di Kota Palu masih sering padam listrik karena kita masih kekurangan 30 megawatt dari beban puncak," katanya.
Berbeda dengan jaringan ke Sulawesi Selatan, kata Gunawan, jaringan ke daerah tersebut lebih siap sehingga pasokan listrik dari PLTA Sulewana Poso ke Sulawesi Selatan sudah mencapai 95 megawatt.
"Sulawesi Tengah sebagai daerah penghasil justru masih terkendala. Ini kan masalah," katanya.
Dia mengatakan sepanjang suplai listrik dari PLTA belum maksimal maka biaya operasional khususnya para pelaku bisnis terpaksa harus mengeluarkan ongkos bahan bakar minyak untuk operasionalnya.
"Seperti mall dan tempat-tempat usaha lainnya mereka keluarkan jutaan rupiah perhari untuk biaya bahan bakar minyak. Belum lagi kerugian yang dialami konsumen umum," katanya.
Sementara itu Manajer PLTA Sulewana Poso, Slamet Supardi mengatakan pihaknya terus berusaha menjaga dan mempertahankan suplai daya untuk kebutuhan masyarakat di sebagian wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan agar tetap berjalan lancar, meski debit air dalam beberapa bulan ini berkurang akibat kemarau.
Dia mengatakan hingga kini dua dari tiga unit turbin PLTA tetap beroperasi normal.
Menurut Slamet dua turbin yang beroperasi itu menghasilkan daya sekitar 93 megawatt, namun dalam kondisi full jika ketiga turbin beroperasi, PLTA itu mampu menghasilkan daya 195 megawatt.
