Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Wakil Bupati Sigi, Samuel Yansen Pongi menyatakan bahwa kasus stunting di kabupaten itu mengalami penurunan 3,9 persen di tahun 2022, sehingga pihaknya terus melakukan intervensi secara berkelanjutan.
"Kami patut bergembira karena berdasarkan data SSGI tahun 2022, kasus stunting di Sigi mengalami penurunan 3,9 persen," kata Samuel Yansen Pongi di Sigi, Sabtu, saat menghadiri rapat Forum Koordinasi Program Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Sigi tahun 2023.
Berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) bahwa tahun 2022 kasus stunting di Kabupaten Sigi mengalami penurunan 3,9 persen atau menjadi 36,8 persen dari sebelumnya 40,7 persen pada tahun 2021 lalu.
Menurut Samuel, penurunan itu menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan oleh Pemkab Sigi tepat sasaran, sehingga perlu digencarkan lagi untuk mempercepat penurunan stunting di Kabuppaten Sigi.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun, di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya. Stunting tidak hanya berdampak pada fisik anak, tetapi juga berdampak pada intelektual anak.
"Kepada seluruh unsur yang masuk ke dalam tim penurunan stunting di Kabupaten Sigi agar selalu ikut serta dan bersama-sama dalam upaya penurunan stunting," ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Sigi telah menetapkan sebanyak 25 desa sebagai lokasi fokus penanganan kasus kekerdilan (stunting), untuk optimalisasi penanganan kasus tersebut di daerah setempat.
"Penanganan kasus stunting menjadi satu prioritas Pemerintah Kabupaten Sigi," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi 25 desa yang ditetapkan sebagai lokus penanganan stunting terdapat di sembilan kecamatan meliputi Kecamatan Sigi Biromaru, Nokilalaki, Palolo, Dolo Selatan, Marawola Barat, Kulawi, Gumbasa, Dolo Selatan dan Dolo.