UIN Datokarama terus gencar sosialisasi moderasi beragama cegah radikalisme

id Rasikalisme,Terorisme,UIN Datokarama,Prof Abidin Djafar,Moderasi Beragama

UIN Datokarama terus gencar sosialisasi moderasi beragama cegah radikalisme

Gedung Auditorium UIN Datokarama Palu (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, menggencarkan sosialisasi moderasi beragama untuk meningkatkan wawasan mahasiswa dan masyarakat sebagai salah upaya mencegah penyebaran radikalisme.

"Kementerian Agama dalam beberapa tahun terakhir telah menggulirkan upaya penguatan moderasi beragama. Kebijakan penguatan moderasi beragama diarahkan pada upaya membentuk sumber daya manusia Indonesia yang berpegang teguh dengan nilai dan esensi ajaran agama, berorientasi menciptakan kemaslahatan umum, dan menjunjung tinggi komitmen kebangsaan," kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Datokarama Prof Abidin Djafar, di Kota Palu, Minggu.

UIN Datokarama, ujar dia, sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama menindaklanjuti kebijakan penguatan moderasi beragama, dengan melakukan penguatan dari sisi akademik serta sosialisasi kepada masyarakat.

Dalam sosialisasi itu, kata dia, langkah efektif penguatan moderasi beragama dilakukan secara tatap muka langsung serta penguatan berbasis digital.

"Sesuai kebijakan yang ada bahwa ASN Kemenag harus menjadi penggerak penguatan moderasi beragama di dunia digital," ujar Abidin.

Hal ini penting dilakukan, karena dunia digital telah menyajikan narasi keagamaan yang bebas akses dan kerapkali dimanfaatkan kelompok tertentu untuk menyuburkan konflik dan menghidupkan politik identitas.

"Selain itu, kehadiran sistem informasi dan komunikasi berbasis digital menjadi satu sarana yang digunakan oleh kelompok garis keras dalam menyebarluaskan radikalisme," katanya.

Hal itu, menurut dia, harus diwaspadai dan dilawan dengan menggencarkan sosialisasi penguatan pemahaman moderasi beragama melalui sistem digital.

Abidin juga mengemukakan beberapa hasil riset di antaranya riset BNPT tahun 2019 terdapat tujuh perguruan tinggi negeri top Indonesia telah terpapar radikalisme. Sementara riset Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) tahun 2017 bahwa hampir 50 persen guru dan siswa setuju dengan tindakan radikal.

Kemudian hasil riset CSIS tahun 2019 menyebutkan bahwa 33,4 persen tidak mau bertetangga dengan orang yang berlainan agama. Hasil riset The Pew Research Center tahun 2015 menyebutkan bahwa sekitar 10 juta orang Indonesia mendukung ISIS dan sebagian besar adalah anak muda.

"Oleh karena itu, moderasi beragama menjadi solusi tepat untuk membangun kerukunan umat," ujarnya.