Sigi kembangkan pertanian organik di delapan kecamatan

id Pertanian organik sigi,Pemkab sigi,Pertanian sigi,Petani sigi,Wabup sigi,Samuel Pongi

Sigi kembangkan pertanian organik di delapan kecamatan

Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi berbincang dengan warga saat meninjau lokasi lahan pertanian padi di Desa Moa, Kecamatan Kulawi Selatan. (ANTARA/HO-Dok Prokopim Setda Pemkab Sigi)

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengembangkan pertanian organik di delapan wilayah kecamatan, sebagai bentuk upaya meningkatkan daya saing produk hasil pertanian dan menyediakan pangan sehat bagi masyarakat.

"Terkait daya saing komoditas dan produk pertanian, pengembangan pertanian organik diusung untuk menjadi daya saing produk di pasar," kata Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi di Sigi, Jumat.

Delapan wilayah kecamatan yang menjadi sasaran pengembangan pertanian organik yakni Kecamatan Sigi Biromaru, Palolo, Nokilalaki, Dolo, Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan dan Marawola Barat.

Delapan wilayah kecamatan yang menjadi sasaran pengembangan pertanian organik, telah diawali dengan pemetaan dan kajian wilayah komoditas pertanian.

"Pemetaan ini yaitu untuk menentukan di kawasan mana kita akan kembangkan pertanian organik. Pemetaan itu penting, karena pertanian organik tidak bisa juga diterapkan di semua wilayah di Kabupaten Sigi," ujarnya.

Di wilayah Kulawi misalnya, pertanian organik salah satunya dilaksanakan di Desa Toro meliputi beberapa varietas beras lokal, yakni kamba, beras kenari, rakhi dan beberapa varietas yang sudah dikenal seperti, beras cigelis dan impair. Lahan pertanian organik ini seluas 37,5 hektare yang dikelola oleh petani.

Pengembangan pertanian organik untuk menopang daya saing produk pertanian, merupakan satu program prioritas Dinas Pertanian, Hortikultura, dan Perkebunan, dalam rangka menopang visi Pemkab Sigi yang ingin menjadi Sigi berdaya saing berbasis agribisnis.

Pemkab Sigi optimis bahwa pertanian organik lebih diminati masyarakat di pasar, ketimbang dengan produk pertanian yang terkontaminsasi bahan kimia.

"Masyarakat tentu lebih memilih produk hasil pertanian berbasis organik, karena di samping sehat, juga tidak tercemar dengan bahan kimia. Di sinilah letak daya saing produk pertanian," kata Samuel.

Selain itu, Dinas Pertanian juga berkolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk mendorong setiap desa menyiapkan lahan seluas tiga hektare, untuk pengembangan pertanian organik tersebut.