Palu (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, meningkatkan wawasan dan pemahaman mahasiswa baru terhadap substansi teks-teks Al Quran dalam menopang pembangunan intelektual dan spiritualitas mahasiswa.
"Al Quran adalah sumber pengetahuan dan pedoman yang harus dipelajari," ucap Rektor UIN Datokarama Sagaf S. Pettalongi, di Palu, Sabtu.
UIN Datokarama Palu mengenalkan sekaligus meningkatkan wawasan 904 mahasiswa baru tentang substansi Al Quran melalui kegiatan taklim Al Quran peneguhan intelektual dan spiritualitas menuju terwujud mahasantri Mahad Aljamiah.
Kegiatan peningkatan wawasan mahasiswa baru melalui kegiatan taklim Al Quran, merupakan satu skema pembinaan yang dilakukan oleh UIN Palu untuk membangun mahasiswa yang moderat secara intelektual dan perilaku.
Pembinaan ini dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Mahad Aljamiah yang merupakan pondok pesantren UIN Datokarama Palu.
Ia mengemukakan Al Quran sebagai petunjuk dapat mengantar manusia menjadi mulia.
"Semua yang berhubungan dan berkaitan dengan Al Quran pasti menjadi mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT," katanya.
Sesuai firman Allah dalam Surah AlQadr Ayat 1 dan 3, Al Quran diturunkan pada malam kemuliaan. Oleh karena itu, hanya dengan kembali pada Al Quran kemuliaan dapat dicapai.
"Jadi kalau kita umat Islam ingin menjadi mulia di sisi Allah bahkan juga di kalangan makhluk lainnya, haruslah kita dekat dengan Al Quran," ujar dia.
Ia mengutarakan dekat dengan Al Quran dalam arti bukan sekadar membaca atau menadabur, tetapi juga mengamalkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian, menurut dia, semua yang berhubungan dan berkaitan dengan Al Quran pasti menjadi mulia dan dimuliakan Allah SWT.
"Malaikat Jibril disebut juga malaikat yang mulia karena dialah malaikat yang ditugaskan Allah untuk membawa Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW, kemuliaan Nabi Muhammad SAW juga karena Beliau menerima wahyu Al Quran dari Allah SWT," katanya.
Al Quran, kata dia, tidak diturunkan tanpa maksud dan tujuan, bahkan Al Quran tidak diturunkan dalam ruang kosong atau hampa, melainkan ada suatu kondisi dan situasi tertentu sehingga Al Quran diturunkan.
Beberapa ayat dalam Al Quran yang menyesuaikan dengan situasi yang terjadi.
Dengan demikian, Sagaf mengatakan dibutuhkan pemahaman yang mendalam terkait memahami Al Quran.
"Sehingga penafsiran dan pemahaman Al Quran harus juga kontekstual dengan kondisi budaya dan masyarakat saat ini," katanya.
Dia menegaskan pemahaman yang dinamis dibutuhkan guna memahami teks Al Quran.
Ia mengatakan memahami Alquran tidak boleh dengan pemahaman yang statis, akan tetapi pemahaman itu tidak harus meninggalkan konteks sejarah Al Quran diturunkan.
"Olehnya pemahaman terhadap Al Quran itu harus dinamis dan tidak boleh statis tetapi tidak melepas sama sekali konteks kesejarahan turunnya Al Quran," katanya.