Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan berbagai upaya intervensi dalam rangka memperkuat pengembangan sanitasi sekolah di Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Sekolah Menengah Pertama Kemendikbudristek I Nyoman Rudi Kurniawan menuturkan intervensi itu antara lain diwujudkan melalui pembaruan kebijakan dan standar nasional tentang sanitasi.
“Kemendikbudristek bersama pemangku kepentingan lainnya telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pengembangan sanitasi sekolah melalui berbagai intervensi,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Selain kebijakan, lanjutnya, intervensi juga dilakukan dengan meningkatkan pengembangan kapasitas kepala sekolah dan guru, melengkapi data pokok pendidikan dengan indikator sanitasi sekolah, serta mengatur alokasi anggaran untuk membangun fasilitas sanitasi sekolah.
Kemendikbudristek juga meluncurkan dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 yang akan menjadi landasan perencanaan bagi seluruh pihak untuk mewujudkan sanitasi sekolah yang berkualitas pada akhir 2030.
Menurut Nyoman, peluncuran dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini sejalan dengan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) yang berfokus pada satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan peserta didik yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.
Sejak 2022 Kemendikbudristek telah meluncurkan GSS sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat atau status kesehatan satuan pendidikan dan peserta didik.
Dalam GSS terdapat lima fokus sehat yaitu sehat fisik, sehat gizi, sehat imunisasi, sehat jiwa, dan sehat lingkungan.
Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 ini memperkuat komitmen pemerintah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berkualitas untuk masa depan anak Indonesia.