Sulteng upayakan Festival Tampo Lore masuk agenda KEN

id Tampo lorea, megalit, Disparekraf Sulteng, Pemprov Sulteng, Diah Agustiningsih, pariwisata, seni, budaya, kearifan lokal

Sulteng upayakan Festival Tampo Lore masuk agenda KEN

Warga mempertunjukan tarian khas setempat yang dikemas dalam Festival Tampo Lore ke-3 berlangsung di kawasan di situs megalit Pokekea, di Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (28/6/2024). ANTARA/Kristina Natalia

Besoa, Sulteng (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) mengupayakan Festival Tampo Lore di Lebah Besoa, Kabupaten Poso masuk dalam agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
 
"Festival itu tidak hanya mempromosikan pariwisata, tetapi juga dapat membangkitkan ekonomi warga sekitar," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Sulteng Diah Agustiningsih saat menghadiri Festival Tampo Lore, di Besoa, Jumat.
 
Ia menjelaskan Festival Tampo Lore ke-3 yang diselenggarakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Relawan Orang dan Alam (ROA) itu, melibatkan sebagian besar masyarakat di wilayah Lore untuk mengembangkan pariwisata negeri seribu megalit.
 
"Dukungan kami bukan hanya mempromosikan destinasi, aksesibilitas dan infrastruktur, tetapi juga mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola sektor pariwisata di wilayah itu," katanya pula.
 
Diah menilai, festival yang berlangsung 28-30 Juni 2024 di situs megalit Pokekea Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso memberikan dampak positif bagi pembangunan di kabupaten tersebut.
 
Menurutnya, festival itu juga sejalan dengan program pemerintah daerah (pemda) telah mencanangkan Sulteng Negeri 1.000 Megalit sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan.
 
"Penampilan seni dan budaya/kearifan lokal bagian dari pariwisata, oleh sebab itu kami menilai kegiatan ini sangat strategis dalam membantu meningkatkan jumlah kunjungan di Sulawesi Tengah," ujar Diah.
 
Ketua Panitia Festival Tampo Lore Muhammad Subarkah menjelaskan, ajang festival ini dibuat dengan konsep seni dan budaya, pameran kerajinan produk lokal, kuliner tradisional dan lainnya.
 
"Kami membantu warga setempat meningkatkan nilai pendapatan mereka melalui inovasi dengan membuat kerajinan memiliki nilai ekonomis, termasuk kuliner khas setempat," ujarnya.
 
Kami berharap upaya Disprekraf Sulteng membawa kegiatan ini masuk ke dalam agenda KEN dapat terwujud.