Kolonodale (Antaranews Sulteng) - Bupati Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Ir Aptripel Tumimomor, MT menanam sagu di Desa Sampalowo, Kecamatan Petasia Barat, Kamis, menandai pencanangan gerakan menanam sagu untuk melestarikan tanaman yang mulai ditinggalkan warga guna meningkatkan ketahanan pangan daerah dan nasional.
Bersama sejumlah warga dan pejabat Pemkab Morut, Bupati Aptripel menanam sagu di atas lahan milik seorang warga sekitar satu hektare dan diharapkan dilanjutkan oleh warga lainnya yang memiliki lahan yang cocok untuk tanaman sagu.
"Kalau ada lahan rawa yang tidak bisa ditanami padi, saya minta untuk ditanami pohon sagu saja agar sagu kembali menjadi tanaman andalan dan sumber pangan penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan diversifikasi sumber pangan masyarakat," ujar Ipe, panggilan akrab Aptripel di depan warga.
Ipe mengemukakan bahwa pada awal Agustus 2018 lalu, ia bersama sejumlah kepala desa di Kecamatan Petasia Barat yang selama ini menjadi derah penghasil sagu di Morowali Utara, mengikuti Seminar Sagu Asean ke-4 di Riau, Pekanbaru.
"Dari situ, para kepala desa ini kembali disadarkan tentang pentingnya sagu sebagai salah satu sumber pangan penting bagi masyarakat bahkan bisa diandalkan sebagai sumber mata pencaharian untuk memingkatkan kesejahterana penduduk ke depan," katanya.
Ia berharap pengembangan sagu ini muncul dan bergerak dari bawah, sedangkan pemerintah akan memberikan bantun berupa pendampingan dalam teknik budidaya, pengolahan menjadi sagu sampai pengolahan sagu menjadi berbagai jenis bahan makanan yang disukai dan dibutuhkan masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Morowali Utara Zulsofyan Lamandasa yang dihubungi terpisah mengatakan bahwa berpuluh-puluh tahun lalu, sagu merupakan sumber makanan pokok sebagian besar rakyat Morowali Utara.
"Namun seiring perkembangan zaman, sagu mulai ditinggalkan waga karena menganggap bahwa orang yang makan sagu itu adalah orang miskin, orang susah hidupnya, padahal ini sangat keliru. Karena itu kami terus melakukan sosialisasi, agar pemahaman seperti ini ditinggalkan," ujarnya.
Pengembangan sagu, kata Yan, panggilan akrab Zulsofyan, mempunyai tujuan untuk meningkatkan diversifikasi pangan bagi peningkatan ketahanan pangan nasional disamping padi, jagung dan kedelai.
Dari segi penyimpanan, katanya, sagu ini termasuk bahan pangan yang meyimpannya tidak membutuhkan gudang seperti beras dan bisa bertahan lama, sehingga sangat menguntungkan bagi warga.
"Karena itu kami terus mendorong masyarakat yang memiliki lahan yang berair, tidak perlu memaksakan diri untuk menanam padi kalau memang sulit diolah, tetapi ditanami sagu saja," ujarnya.
Pihaknya juga terus menyosialisasikan teknik-teknik pengolahan sagu menjadi bahan pangan yang variatif, disukai warga serta memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein serta gizi masyarakat, bahkan memberikan bantuan alat pengolahan bahan makanan dari sagu.
Sosialisasi diversifikasi produk bahan makanan dari sagu ini penting karena selama ini, orang Morowali Utara makan sagu umumnya hanya dalam bentuk tradisional yang disebut `dui` yakni sagu disiram air mendidih hingga berbentuk lem lalu dimakan bersama ikan dan sayur-mayur berkuah.