Menengok mereka yang masih bertahan di tenda pengungsian di Parigi

id PARIMO,PENGUNGSI,JEPRIN

Menengok mereka yang masih bertahan di tenda pengungsian di Parigi

Sebagian pengungsi yang masih bertahan di tenda penampungan di Parigi (Antaranews Sulteng/Jeprin S. Paudy)

Parigi (Antaranews Sulteng) - Sore itu (14/10) sejumlah anak terlihat bermain, sebagian ada yang berbaring di dalam tenda. Beberapa ibu sibuk  mencuci piring. Ada pula yang menggendong dan menyuapi anak mereka.  Saya lalu mendekati dan menyapa beberapa anak yang tengah bermain.

"Itu tendanya torang (kami)," kata salah seorang anak sambil menunjuk ke arah tenda yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari tempat saya berdiri. 

Mereka adalah anak anak pengungsi yang berasal dari sejumlah kelurahan di Kecamatan Parigi. Pemandangan yang tak biasa itu bisa kita jumpai di salah satu tempat pengungsian korban gempa di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kelurahan Masigi. 

Sudah lebih dari dua pekan pasca gempa 7,4 SR yang mengguncang wilayah Sulawesi Tengah (Palu, Sigi dan Donggala) serta Kabupaten Parigi Moutong sebagai daerah terdampak, sebagian warga yang menjadi korban gempa masih bertahan di tenda tenda pengungsian yang berada di Kota Parigi. 

Suardi (62) Warga Kelurahan Bantaya yang sempat ditemui sore itu mengaku memilih bertahan di tenda pengungsian karena rumahnya yang berada di RK7/RT13 Kelurahan Bantaya mengalami rusak berat dan tidak bisa ditinggali lagi.

"Rumah saya rusak berat, sangat berbahaya jika ditinggali, makanya kami bertahan di tenda ini,"kata Suardi didampingi istri dan anaknya.

Suardi yang sehari hari bekerja sebagai tukang kayu itu juga mengaku tidak dapat bekerja lagi, selain karena faktor usia, hingga saat ini belum ada warga yang menawarkan ia bekerja. 

Selama di pengungsian Suardi hanya melakukan aktifitas membersihkan sampah di sekitar Taman Masigi, selebihnya ia isi dengan beribadah.

"Mau kerja kasian fisik sudah tidak kuat. Selama disini, saya bersama warga membersihkan sampah yang berserahkan. Jangan sampai lingkungan ini kotor. Selebihnya kami isi dengan sholat," tuturnya.

Tidak hanya Suardi yang memilih bertahan di tenda pengungsian. Ida (55) warga Kampal yang sebelumnya menyewa tempat tinggal di salah satu kos kelurahan Kampal ini mengaku kos yang ia sewa selama bertahun tahun telah ambruk.

"Barang barang saya dan keluarga masih ada di kos itu.kosnya tidak bisa ditinggali lagi karena sudah ambruk," ujar ibu 4 orang cucu ini. 

Aktifitasnya bersama ibu ibu lainnya selama di pengungsian hanya mengurus anak dan cucu. 

"Kami tidak tahu mau ba apa, suami saya kuli bangunan tapi sudah tidak bisa kerja karena sakit, kakinya bengkak," tutur Ida.

Untuk makan sehari hari, Ida bersama pengungsi lainnya hanya mengandalkan bantuan beras dari Pem

da bersama warga lainnya yang berada di tempat pengungsian itu berharap Pemerintah Daerah segera mengupayakan tempat tinggal sementara bagi mereka.

"Sudah ada petugas yang datang, katanya kami mau dikasikan tenda untuk dibangun di dekat rumah yang sudah rusak. Semoga bantuan itu bisa segera kami terima supaya kami bisa kembali ke rumah masing masing meskipun hanya membangun tenda di dekat rumah," harapnya

Baca juga: Pemkab Parigi Moutong keluarkan tiga kebijakan pascagempa
Baca juga: Parimo berdzikir dan berdo'a pascagempa
Baca juga: Gubernur Sulteng lantik Bupati /Wabub Parigi Moutong


Selain di RTH Masigi, sebagian warga juga masih bertahan dibeberapa titik pengungsian yang tersebar di eks Kecamatan Parigi. Di antaranya, Alun-alun Kantor Bupati, BTN belakang RTH Masigi, Kemp lapangan Masigi, RTH Toraranga,  kemp desa Parigi Mpuu 1 dan 2, kemp Spam desa Parigimpuu, kemp Masjid Darussalam, kemp desa Jonokalora, kebun warga desa Lebo, kemp desa Kayuboko, kemp desa Pambalowo dan halaman kediaman Ustad Musran. 
 
Suasana pemutaran film di Pantai Bantaya, Parigi, Jumat (12/10) malam. (Antaranews Sulteng/Humas Pemda Parimo) (Antaranews Sulteng/Humas Pemda Parimo/)

Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Parigi Moutong mencatat sebanyak 2.728 jiwa 662 kepala keluarga mengungsi akibat gempa yang terjadi Jum'at 28 September 2018, dengan rincian 91 orang balita dan 7 bayi. 

Warga yang mengungsi di RTH Masigi mencapai 145 kepala keluarga, 716 jiwa. Alun-alun Kantor Bupati 104 kepala keluarga 419 jiwa dan lapangan Masigi 60 kepala keluarga 250 jiwa. Dari jumlah tersebut saat ini hampir separuh telah kembali ke rumahnya. 

Bahkan, di alun alun kantor bupati telah berangsur angsur tenda yang sempat dibangun warga pascagempa sudah dibongkar pemiliknya. 

Namun sebagian warga terlihat masih bertahan di beberapa camp pengungsian, seperti di RTH Masigi, Lapangan Masigi, alun alun Kantor Bupati dan camp di jalur dua desa Pambalowo. Sebagian besar warga yang memilih bertahan di tempat ini karena rumahnya telah ambruk. 

Hasil pendataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 2.626 rumah di eks Kecamatan Parigi mengalami kerusakan akibat gempa dengan rincian 1.269 mengalami rusak ringan, 718 rusak sedang dan 639 mengalami rusak berat. 

Kerusakan rumah paling banyak terdapat di desa Pelawa Baru yaitu 192 rumah, 49 rusak berat dan 62 rusak ringan. Disusul desa Boyantongo Kecamatan Parigi Selatan sebanyak 167 rumah, 31 rumah rusak berat dan 3 rusak ringan.  Di desa Petapa 119 rumah rusak, 90 rusak berat dan 145 rusak ringan. Sementara di desa Binangga 112 rumah mengalami kerusakan, 36 rusak berat dan 88 rusak ringan.

Kepala BPBD Kabupaten Parigi Moutong, Ir Arifin Amat mengatakan, pemerintah daerah sudah membantu memberikan tenda sementara bagi warga yang rumahnya mengalami rusak berat sambil menunggu tim kaji cepat untuk meperoleh data riil. 

"Warga yang rumahnya mengalami rusak berat dan sama sekali tidak bisa ditinggali akan diberikan bantuan rumah sementara. Sambil menunggu tim kaji cepat untuk meperoleh data rill mereka akan diberikan tenda sementara," kata Arifin yang dihubung melalui pesan WhatssApp, Selasa (16/10). 

Pihaknya juga terus mengupayakan bantuan logistik kepada warga yang masih bertahan di pengungsian.

"Kami akan terus berupaya memberikan bantuan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat,"ujarnya

Selama masa tanggap darurat, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong telah menyalurkan  bantuan kepada korban gempa meliputi 2.095 lembar terpal, 2.032 lembar selimut, 2.064 lembar matras, 166 familykit, 165 paket kidsware, 4.934 paket makanan siap saji, 512 dus mie instan, 2 unit tenda pengungsi, 10 unit genset dan 2 unit baset light. 

"Bantuan tersebut telah didistribusikan melalui penerintah desa yang masyarakatnya terdampak gempa. Memang belum semuanya dapat, tapi kami akan terus berupaya agar warga yang terdampak gempa semua bisa mendapatkan bantuan," harapnya.
Gubernur Sulteng Longki Djanggola (kanan) menyerahkan SK Mendagri kepada Bupati Parimo Samsurizal Tombolotutu usai melantik Samsurizal/Badrun Nggai sebagai Bupati/Wabub Parigi Moutong periode 2018-2023 di Palu, Rabu (10/10) (Antaranews Sulteng/Moh. Ridwan)