London (ANTARA) - Sejumlah 46 busana kreasi para siswa Akademi Adibusana (Accademia di Alta Moda) KOEFIA yang seluruh koleksinya menggunakan material yang dipadukan dengan beragam wastra Indonesia seperti kain batik dan tenun ditampilkan pada malam penutupan Pekan Mode Roma (Altaroma - Rome Fashion Week), Minggu malam (7/7).
Dalam acara yang digelar di kompleks Pratibus District Roma ini, KOEFIA mengambil tema “Memorabilia: Impossible Wardrobe” yang menghadirkan memori dari masa ke masa dengan menggali beragam gaya yang pernah menjadi trend pada masanya, ujar Pensosbud KBRI Roma, Minister Counsello Charles F. Hutapea kepada Antara London, Senin.
Dikatakan seluruh karya menggunakan beragam wastra Indonesia sebagai elemen inti, berpadu dengan material kain lainnya seperti katun, linen dan teknik bordir serta aplikasi.
Para perancang yang adalah mahasiswa tahun ketiga mengerjakan dan menjahit dengan tangan sendiri seluruh karya yang ditampilkan, sebagaimana tradisi di sekolah mode terkemuka di Roma ini sejak dahulu. Karya-karya tersebut merupakan hasil interpretasi terhadap wastra Indonesia oleh para siswa KOEFIA yang berasal dari berbagai daerah di Italia maupun dari luar negeri, yaitu Iran, Libya, Peru, Russia dan Swiss.
Berbagai koleksi adibusana untuk musim dingin seperti jaket dan overcoat bergaya dekade 60-an atau 80-an tampil menawan dengan dihiasi aksen kain batik atau pun tenun. Ada pula jumpsuit dengan bahan kain batik motif megamendung juga busana modest (tertutup) dengan kain batik yang dilapisi plastik.
Seluruh koleksi yang ditampilkan mendapatkan sambutan meriah dari sekitar 400 tamu undangan yang terdiri dari pelaku industri mode, jurnalis dan korps diplomatik.
Pada pagelaran busana rumah mode terkemuka Balenciaga memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi KOEFIA. Penghargaan diberikan kepada Valeria Catania, yang dinilai berbakat di bidang produksi busana dan membantu menjahit di salah satu butik terkenal.
Pimpinan KOEFIA, Antonio Lo Presti menyampaikan konsep memorabilia mode dari masa ke masa berhasil memadukan dua budaya yang sangat jauh. Ini adalah perpaduan yang dianggap tidak biasa dan hampir mustahil, namun ternyata sangat menginspirasi. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada KBRI Roma atas kerja sama yang sangat positif ini.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani dalam sambutannya menyampaikan harapan agar melalui kolaborasi ini para perancang muda terinspirasi untuk menghasilkan karya lintas budaya yang dapat mendorong saling pengertian bagi dunia yang lebih baik. “Mode lebih dari sekadar proses merancang busana, yaitu bentuk ekspresi untuk memahami dunia di sekitar kita. Pagelaran malam ini menghadirkan paduan dari warisan budaya Indonesia dan Eropa, melintasi batas ruang dan waktu,” demikian Dubes Esti dalam bahasa Italia yang disambut hangat hadirin.
KOEFIA bekerja sama dengan KBRI Roma untuk pagelaran adibusana kali ini, sekaligus untuk memperingati 70 Tahun Hubungan Diplomatik RI - Italia. KBRI Roma menyediakan beragam wastra Indonesia untuk diolah sesuai interpretasi para siswa di bawah bimbingan para dosen. Proses persiapan dan pengerjaan karya memakan waktu sekitar enam bulan. KBRI Roma juga memberikan presentasi mengenai wastra Indonesia untuk membekali pengetahuan para siswa.
Seluruh koleksi juga akan dipamerkan di KBRI Roma pada (10/7) untuk memberikan kesempatan kepada para pecinta mode mengenali lebih dekat karya para siswa mode di Roma Italia yang dikenal dengan kota Mode.