Pemprov Sulteng minta petani 'move on' dari bencana

id Pertanian, Petani Sigi

Pemprov Sulteng minta petani 'move on' dari bencana

Seorang petani membajak bekas lahan padi untuk ditanami jagung di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (28/2/2019). Sebagian petani di daerah tersebut berhenti menanam padi dan beralih menanam jagung akibat kekurangan air setelah jaringan irigasi pertanian di kawasan tersebut rusak berat akibat gempa dan likuifaksi yang hingga kini belum diperbaiki. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Buat para petani, kami tunggu proposalnya
Palu (ANTARA) - Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah Trie Iriany Lamakampali meminta agar petani di daerah bencana gempa dan likuefaksi khususnya di Kabupaten Sigi agar segera bangkit kembali untuk membangun perekonomian keluarga melalui tanaman pangan.

Pemerintah, kata Trie, siap membantu petani dengan melakukan berbagai upaya agar petani bisa tetap eksis di tengah krisis air akibat rusaknya infrastruktur irigasi karena diterjang gempa.

"Kita harus 'move on' untuk bekerja demi perekonomian keluarga," kata Trie di Palu, Jumat, menanggapi panen varietas padi khusus untuk lahan kering dan temu lapangan di Desa Karawana, Dolo, Kabupaten Sigi, Jumat.

Panen dan temu lapang yang diprakarsai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sulawesi Tengah itu bertemakan optimalisasi lahan terdampak gempa melalui Index Pertanaman (IP) 200 Inovasi Tumpangsari Tanaman (Turiman).

Temu lapangan itu dalam rangka membangkitkan pertanian di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Sigi pasca bencana.

Baca juga : Petani Sigi tidak bertani pascabencana karena kerusakan lahan sangat parah

Dengan menggunakan varietas padi khusus untuk lahan kering yang dikenal sebagai padi ladang atau padi gogo dan jagung varietas sukmaraga, lahan pertanian seluas 13 hektare di Desa Karawana Dolo Kabupaten Sigi akhirnya dipanen pada Musim Tanam (MT) pertama.

"Ini membuktikan bahwa pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat," kata Trie.

Dia mengatakan bencana 28 September 2018 berupa gempa 7,4 Skala Richter disusul tsunami dan likuefaksi bukanlah akhir dari segalanya karena masih banyak hal yang bisa dilakukan dengan kondisi yang terbatas.

Trie mengakui akibat bencana itu kerusakan daerah irigasi Gumbasa yang kurang lebih melayani 8.000 hektare lahan menyebabkan sebagian besar lahan pertanian menjadi kering sehingga dibutuhkan perhatian serius pemerintah sambil menunggu perbaikan infrastruktur.

"Maka diharapkan kepada para petani dalam pemanfaatan benih padi dapat menggunakan padi gogo varietas padi khusus untuk lahan kering. Dan kita sudah menyaksikan bersama hasil dari padi gogo tersebut," katanya.

Baca juga : Ratusan petani terdampak bencana di Sigi dapat pelatihan

Ia mengingatkan kepada para penyuluh agar kegiatan ini dapat disosialisasikan untuk memberikan motivasi kepada para petani agar kembali menjalankan aktivitasnya mengingat Kabupaten Sigi termasuk lima kabupaten terbesar berkontribusi padi di Sulawesi Tengah.

Trie mengatakan pemerintah provinsi siap memberikan dukungan bilamana ada petani yang membutuhkan bantuan dalam rangka menghidupkan kembali pertanian di Kabupaten Sigi.

"Buat para petani, kami tunggu proposalnya," kata Trie.

Panen dan temu lapangan pertanian itu juga dihadiri Wakil Bupati Sigi Paulina, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah dan sejumlah kepala dinas terkait serta kelompok tani.*

Editor : Erafzon Saptiyulda