Palu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sigi melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat menyiapkan anggaran sebesar Rp10 miliar untuk membangun kembali jaringan irigasi yang rusak akibat gempa 28 September 2018.
"Anggaran ini harus bisa dimanfaatkan secara maksimal membangun irigasi di dua wilayah yakni Kecamatan Palolo dan Nokilalaki," kata Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapata saat melakukan panen di Kecamatan Palolo belum lama ini.
Bupati Irwan mengatakan pembangunan irigasi sangat dibutuhkan guna meningkatkan produksi beras di wilayah tersebut.
Kecamatan Palolo dan Nokilalaki merupakan sentra produksi beras terbesar di Kabupaten Sigi.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sigi, kata bupati, luas areal persawahan yang ada di dua wilayah itu hingga kini sekitar 3.000 hektare.
Kedua kecamatan sentra produksi beras di Kabupaten Sigi tersebut merupakan lumbung beras yang diandalkan pemerintah daerah setempat, mengingat ada beberapa wilayah lainnya yang selama ini juga sebagai kantong produksi beras di Kabupaten Sigi, sejak gempabumi 7,4 SR pada 28 September 2018 namun lahan pertaniannya hancur diterjang bencana alam.
Bahkan, katanya, sampai sekarang ini, petani tidak lagi mengolah areal persawahan dan lahan komoditas lainnya, karena tidak ada irigasi sebagai sumber air untuk kebutuhan tanaman.
Baca juga : 8.000 hektare sawah di Sigi tidak berproduksi pascagempa
Irigasi Gumbasa yang selama ini mensuplai air untuk lahan pertanian di beberapa desa di Kecamatan Dolo, Gumbasa, Tanambulava dan Biromaru hancur akibat gempabumi.
Hingga kini jaringan irigasi belum berfungsi dan pemerintah sedang mengupayakan perbaikannya sehingga beberapa kali musin tanam lahan pertanian tidak bisa difungsikan.
Karena itu, pemerintah daerah terus terus membangun dan memperbaiki jaringan irigasi yang ada di Kecamatan Palolo dan Nokilalaki sebagai sentra produksi beras terbesar di Kabupaten Sigi agar petani dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi.