Legislator desak Pemkab Sigi bangun sumur untuk pulihkan sektor pertanian

id SIGI,PETANI,KEKERINGAN,WANITA TANI,PERTANIAN

Legislator desak Pemkab Sigi bangun sumur untuk pulihkan sektor pertanian

Anggota DPRD Sigi Dari Partai NasDem, Endang Herdianti (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Anggota DPRD Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Endang Herdianti mendesak pemerintah kabupaten setempat agar segera membangun sumur dangkal dan sumur suntik sebagai salah satu solusi agar petani dan wanita tani di Sigi dapat kembali menggarap lahan pertanian usai likuefaksi.

"Memang tidak bisa hanya menunggu irigasi yang dibangun oleh pemerintah pusat, sebab itu butuh waktu yang lama. Perlu solusi segera agar wanita tani bisa kembali menggarap lahan yaitu dengan membangun sumur dangkal dan sumur suntik," ucap Endang Herdianti, di Sigi, Senin.

Baca juga: Petani di Sigi butuh air untuk garap lahan pertanian

Pernyataan Endang Herdianti berkaitan dengan sulitnya petani di Sigi termasuk wanita tani dalam menggarap kembali lahan pertanian, karena kesulitan air akibat saluran irigasi rusak.

Endang menyatakan Pemkab Sigi tidak boleh hanya bergantung pada Pemerintah Pusat dan tidak bisa hanya menunggu irigasi agar sektor pertanian di kembangkan kembali.

Sebab bila menunggu, maka akan banyak petani yang kehilangan lapangan pekerjaan, akibat dampak dari kekeringan karena kesulitan air. Dengan begitu, tingkat kemiskinan akan bertambah karena tidak adanya lapangan pekerjaan.

Karena itu, ia menegaskan, sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Sigi untuk menyediakan air bagi masyarakat termasuk petani dan wanita tani agar dapat bangkit.

"Harusnya pemerintah tanggap dan cepat menyediakan sumur dangkal atau sumur suntik bagi petani, termasuk menyediakan air sebanyak mungkin kepada warga. Karena itu, dinas-dinas terkait harus segera memikirkan membangun sumur untuk menghidupkan lahan pertanian," ujar dia.

Sektor pertanian merupakan ikon utama Kabupaten Sigi. Banyak perempuan Sigi yang menjadi petani di lahannya sendiri, dan adapula petani yang menjadi buruh tani di lahan pertanian orang lain. Hal itu perlu diperhatikan Pemkab Sigi. Sebab, mayoritas warga Sigi mata pencaharian utama bergantung di sektor pertanian.

Baca juga: Wanita tani Sigi di Dolo terkendala air kembangkan pertanian

Terdapat tiga problem utama yang dihadapi petani di Sigi, pertama sulitnya mendapatkan air akibat dampak dari kerusakan irigasi. Kedua, adanya ancaman kemarau yang juga berkontribusi besar terhadap kekeringan lahan pertanian yang berpotensi beralih fungsi. Ketiga, lahan pertanian bergelombang dan retak dampak dari gempa dan pergeseran tanah.

"Nah, ini harus ada solusinya dari Pemkab Sigi. Misalkan petani tidak bisa kembali bertani karena lahan pertanian bergelombang, tentu untuk meratakan lahan dibutuhkan alat berat. Maka, Pemkab Sigi harus cari solusinya atas hal itu," ujar Politisi Perempuan itu.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah Trie Iriany Lamakampali mengemukakan akibat bencana itu kerusakan daerah irigasi yang kurang lebih melayani 8.000 hektare lahan, menyebabkan sebagian besar lahan pertanian di Kecamatan Gumbasa, Dolo, Biromaru dan Tanambulava, menjadi kering sehingga dibutuhkan perhatian serius pemerintah sambil menunggu perbaikan infrastruktur.

Membangun sumur suntik dan sumur dangkal, menurut Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama Desa Langaleso, memang menjadi salah satu solusi yang efektif. Namun, tidak semua kelompok tani dan petani secara individu mampu membuat sumur dangkal dan sumur suntik.

Karena itu, Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama yang beranggotakan 22 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Lahan garapan mereka seluas 11 hektare di Desa Langaleso, yang bisa di garap hanya lima hektare dari keseluruhan lahan itu.

"Iya, jadi agar lahan bisa digarap maka harus usaha. Usaha itu berupa meminjam atau membeli pompa, selain itu menunggu hujan," kata Lisma dari  Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama Desa Langaleso Kecamatan Dolo.

Terkait hal itu Kepala BPP Kecamatan Dolo Siti Darwisa menyatakan di Dolo terdapat 11 desa yang semuanya memiliki lahan potensial untuk pertanian. Namun, terdapat tiga desa di wilayahnya yang cukup parah mengalami kesulitan air setelah bencana. Tiga desa itu meliputi Desa Karawana, Desa Potoya dan Desa Solouwe.

Untuk membangkitkan lahan pertanian itu setelah bencana gempa dan musim kemarau ini, tidak mudah bagi petani. "Problemnya, tidak semua petani punya modal untuk membuat sumur, membeli pompa, slang air dan semua peralatan lainnya. Ini lah tantangan terbesarnya," kata dia.

Karena itu, BPP Kecamatan Dolo berharap problem ini harus diselesaikan secara bersama oleh semua pihak terkait.*

Baca juga: FAO bantu petani Pasigala jadikan hortikultura sumber pendapatan
 
Kondisi lahan pertanian di Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi, yang tidak dapat digarap kembali oleh petani karena kesulitan air. (ANTARA/Muhammad Hajiji)