Piyu Padi ikut memberikan ide dalam film "Menanti Keajaiban"
Di akhir cerita pertama, idenya Mas Piyu. Dia melihat bagaimana kita sebagai manusia harus mengikuti apa yang sudah digariskan buat kita, dan jawaban itu akan datang sendiri
Jakarta (ANTARA) - Gitaris kelompok musik Padi Reborn Satro Yudi Wahono atau yang akrab disapa Piyu ikut memberikan ide dalam film pendek "Menanti Keajaiban", garapan sutradara kenamaan Angga Dwimas Sasongko.
Film pendek berdurasi 20 menit 7 detik itu, memiliki dua akhir cerita alternatif. Versi pertama penonton akan melihat bagaimana karakter utama menyerah di jalan hidupnya. Sementara di versi yang terbaru, karakter utama akan ada campur tangan sebagai penulis.
"Di akhir cerita pertama, idenya Mas Piyu. Dia melihat bagaimana kita sebagai manusia harus mengikuti apa yang sudah digariskan buat kita, dan jawaban itu akan datang sendiri," kata dia di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan film itu dibuat sebagai bentuk projek kolaborasi dari lagu Padi Reborn "Menanti Keajaiban".
Baginya lagu itu sudah memiliki struktur unik, seperti bercerita. Dia menggunakan "fiksi dalam fiksi", dalam menggarap film itu.
Dia pun menolak apa yang dikerjakannya sebagai sesuatu hal yang baru, karena film "fiksi dalam fiksi" sudah lazim dibuat oleh sineas dunia. Seperti film Stranger Than Fiction, Science of Sleep dan Supernova.
"Sama seperti banyak kisah lain, ini bukan baru. Sebuah karya hari ini adalah proses pengalaman kreator dalam membaca, melihat, menonton dan mengemas ulang informasi menjadi bentuk karya yang baik," kata Sutradara berusia 35 tahun itu.
Bagi dia, film ini seperti makanan pembuka yang mengantarkan penikmat kepada musik Padi reborn "Menunggu Keajaiban". Menurutnya nama Padi, lebih besar dibandingkan dengan film pendek itu.
Saat ditanya apakah dia memiliki niatan untuk memperpanjang durasi film itu. Angga mengaku tidak tahu.
"Belum tahu ya, apakah akan jadi film panjang, kita lihat saja nanti. Saya enggak bilang enggak, tapi enggak bilang iya. Karena "iya" adalah komitmen. Tapi saya ingin banget punya banyak projek bareng Padi," tutur dia.
Film pendek berdurasi 20 menit 7 detik itu, memiliki dua akhir cerita alternatif. Versi pertama penonton akan melihat bagaimana karakter utama menyerah di jalan hidupnya. Sementara di versi yang terbaru, karakter utama akan ada campur tangan sebagai penulis.
"Di akhir cerita pertama, idenya Mas Piyu. Dia melihat bagaimana kita sebagai manusia harus mengikuti apa yang sudah digariskan buat kita, dan jawaban itu akan datang sendiri," kata dia di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan film itu dibuat sebagai bentuk projek kolaborasi dari lagu Padi Reborn "Menanti Keajaiban".
Baginya lagu itu sudah memiliki struktur unik, seperti bercerita. Dia menggunakan "fiksi dalam fiksi", dalam menggarap film itu.
Dia pun menolak apa yang dikerjakannya sebagai sesuatu hal yang baru, karena film "fiksi dalam fiksi" sudah lazim dibuat oleh sineas dunia. Seperti film Stranger Than Fiction, Science of Sleep dan Supernova.
"Sama seperti banyak kisah lain, ini bukan baru. Sebuah karya hari ini adalah proses pengalaman kreator dalam membaca, melihat, menonton dan mengemas ulang informasi menjadi bentuk karya yang baik," kata Sutradara berusia 35 tahun itu.
Bagi dia, film ini seperti makanan pembuka yang mengantarkan penikmat kepada musik Padi reborn "Menunggu Keajaiban". Menurutnya nama Padi, lebih besar dibandingkan dengan film pendek itu.
Saat ditanya apakah dia memiliki niatan untuk memperpanjang durasi film itu. Angga mengaku tidak tahu.
"Belum tahu ya, apakah akan jadi film panjang, kita lihat saja nanti. Saya enggak bilang enggak, tapi enggak bilang iya. Karena "iya" adalah komitmen. Tapi saya ingin banget punya banyak projek bareng Padi," tutur dia.