Batam (ANTARA) - Apabila Raden Ajeng Kartini masih hidup di era saat ini, mungkinkah ia tersenyum bahagia melihat kiprah perempuan-perempuan Indonesia? Atau justru kecewa karena pencapaian wanita kini tidak seperti harapannya?
Kartini telah meletakkan batu pertama bagi perjuangan perempuan di seluruh Indonesia untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara dengan lelaki.
Lebih dari satu abad setelah Raden Ajeng Kartini wafat, perempuan Indonesia telah menduduki berbagai jabatan penting. Mereka berada pada posisi strategis, baik di pemerintahan, perusahaan pemerintah, atau swasta, bahkan di perusahaan yang didirikan sendiri.
Dalam seminar virtual memperingati Hari Kartini yang digelar Perum LKBN ANTARA Biro Kepulauan Riau (Kepri), tiga perempuan tangguh dihadirkan untuk membagikan ceritanya dalam perannya masing-masing.
Ketiganya yaitu Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Perum LKBN ANTARA Nina Kurnia Dewi, Founder and President Director PT Pelayaran Kencana Global Lisa Yulia, dan writerpreneur, produser film dan founder Elang Tempur Kirana Kejora, yang berbincang hangat dalam webinar dengan tema "Empuan Ulung, Berdaya Saing dalam Arus Perubahan".
Menurut Nina Kurnia Dewi tantangan yang dialami Kartini di era awal 1900 tentu berbeda dengan perempuan di tahun 200-an.
Apabila dulu, informasi sangat sulit untuk digapai. Bahkan, Kartini sampai harus susah payah mendapatkan buku dan majalah, maka kini informasi bertebaran, lalu lalang tiada henti di media sosial. Sayangnya, tidak semua kabar yang disajikan adalah benar, karena banyak juga berita-berita bohong yang dikenal saat ini dengan istilah hoaks.
Sebagai salah satu direktur di Perum LKBN ANTARA, ia sangat perhatian pada perkembangan arus informasi. Apalagi, saat ini berita bohong beredar luas di media sosial (medsos).
Ia mengingatkan bahwa perempuan Kartini di era ini harus lebih jeli melihat informasi yang berkembang dan jangan sampai terjebak pada berita bohong, kemudian menyebarkannya kembali di media sosial miliknya.
Menurut dia emosi perempuan mudah naik, apalagi ketika ketika melihat informasi yang cocok dengan kemauan dirinya.
"Hati-hati. Tolong dijaga," katanya mengingatkan.
Kadang, saking (sangat) senangnya, perempuan hanya mengambil informasi yang dinilai cocok untuk dirinya, kemudian membagikannya kembali, tanpa mengecek kembali apakah kabar itu benar atau bohong.
Karena itulah, menurut dia, perempuan perlu mendapatkan pendidikan atau edukasi literasi yang baik.
Ia mengajak perempuan meningkatkan pemahaman, menambah wawasan dengan memperbanyak membaca buku.
Nina optimistis, dengan semakin tinggi tingkat pemahaman dan wawasan maka perempuan memiliki ketrampilan lebih baik dbaik dalam memilah informasi yang beredar.
Sebagai seorang ibu, perempuan juga harus memiliki pemahaman dan wawasan yang baik. Karena perempuan yang akan memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya.
Rumah Pemberdayaan
Sejalan dengan Nina, Founder and President Director PT Pelayaran Kencana Global Lisa Yulia juga amat peduli dengan perkembangan perempuan masa kini.
Lisa punya mimpi mendirikan Rumah Pemberdayaan Perempuan, yang bertujuan untuk memberikan dukungan kepada perempuan agar bisa berdaya, mandiri dan lebih maju lagi.
Sebagai perempuan yang lahir dari keluarga besar yang sederhana, Lisa amat memahami beratnya perjuangan yang harus dilalui perempuan untuk membuktikan kemampuan dirinya.
Sebelum berhasil mengembangkan perusahaan bidang pelayaran yang didirikannya saat ini, ia mengaku sempat susah payah mencari pekerjaan di Kota Batam.
Lisa juga meniti karier dari bawah. Namun kemudian ia membuktikan dirinya mampu dan memiliki daya saing tinggi, hingga akhirnya dipercaya menjadi CEO membawahi empat direktur, yang semuanya adalah lelaki.
Ia percaya semua perempuan itu tangguh dengan berbagai kelebihan, yang Tuhan ciptakan sehingga kemudian mampu mewujudkan keinginannya.
"Set up your goal, achieve your dream (tentukan tujuanmu, raihlah mimpimu)," katanya menyemangati
Setiap perempuan harus percaya bahwa dirinya adalah aset. Karenanya kaum perempuan harus berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang banyak. Perempuan harus menjadi agen perubahan bagi dirinya dan orang lain.
Lisa juga mengajak perempuan untuk tidak mudah mengeluh, agar segala usaha yang diupayakan berjalan dengan lancar.
"Mengeluh tidak ada di kamus saya," katanya.
Era milenial
Sosok Kartini ketiga yang dihadirkan ANTARA Biro Kepri adalah Kirana Kejora, yakni seorang penulis buku laris, produser film dan Founder Elang Tempur.
Perjuangan Kirana sebagai Kartini era milenial merupakan perpaduan antara Nina dan Lisa. Seorang penulis yang sangat menyukai bahari.
"Saya orang yang suka literasi di maritim," katanya.
Sejatinya Lisa memang seorang sarjana perikanan, yang kemudian memilih menjadi wartawan. Namun kemudian jalan hidup dan keinginan untuk keluar dari zona nyaman membawa dirinya sebagai seorang writerpreneur yang banyak menggarap film tentang permasalahan maritim.
"Menulis merupakan obat sakit jiwa bagi saya 15 tahun yang lalu," katanya bercerita tentang perjalanan kehidupannya.
Ia mengingatkan bahwa semua perempuan untuk tidak mudah putus asa. Dan menjalankan apa pun yang diinginkan dengan niat yang baik.
"Yang mengubah takdir, kita sendiri," kata dia.
Lisa juga mengajak siapa pun perempuan yang tertarik untuk menjadi penulis, untuk mengembangkan minatnya. Menurut dia, siapa saja bisa menjadi penulis, asalkan ada niat.
"Penulis itu melihat bukan dilihat," kata dia mengingatkan.