Palu (ANTARA) - Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Rahman Ansyari menyatakan perlu peran semua pihak untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal di seluruh daerah di Sulteng.
Apalagi jika kearifan lokal itu telah terdegradasi hingga hilang, perlu kerja keras dan partisipasi multipihak mulai dari pemerintah daerah (pemda), lembaga atau dewan adat hingga tenaga pendidik untuk berkolaborasi menghidupkan kembali kearifan lokal tersebut.
"Lembaga atau dewan adat dalam hal ini Badan Musyawarah Adat (BMA) Provinsi Sulteng mesti memberikan pemahaman kepada pemerintah kabupaten dan kota akan pentingnya melestarikan kearifan lokal agar keduanya dapat berkolaborasi lewat suatu kebijakan dan program pemda," katanya di Palu, Selasa.
Ia mengatakan BMA Sulteng mesti masuk untuk membantu pemda merancang suatu regulasi yang berkaitan dengan pelestarian kearifan lokal.
"Sebab pemda sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan membiayai rancangan regulasi atau program yang diusulkan. Implementasi di lapangan dilakukan oleh BMA Sulteng bersama lembaga atau dewan adat, pihak-pihak terkait dan masyarakat," ucapnya.
Di tingkat satuan pendidikan, kata dia, perlu peran tenaga pendidik guru untuk mengajarkan kepada peserta didik mengenai kearifan lokal wilayah itu lalu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Rahman, kearifan lokal merupakan salah satu pilar penting agar suatu negara dapat terus tumbuh dan bertahan dengan perkembangan zaman yang terus berubah dari waktu ke waktu.
"Saya masih ingat pidato Bung Hatta pada tahun 1948 yakni suatu pemerintahan dapat tumbuh dengan subur apabila kebudayaan juga tumbuh. Kebudayaan berpengaruh terhadap sifat pemerintah negara. Saat ini bagaimana kerjasama dapat dibangun dengan semua pihak untuk melestarikan kearifan lokal sebagai bagian dari budaya di negara kita," katanya.