Netanyahu: Damai dengan Arab Saudi akan akhiri konflik Arab-Israel

id arab saudi,israel,tel aviv,uni emirat arab,amerika serikat,iran,teheran,palestina,perdana menteri,benjamin netanyahu

Netanyahu: Damai dengan Arab Saudi akan akhiri konflik Arab-Israel

Arsip - Orang-orang mengunjungi museum Panorama Perang 6 Oktober (6th of October War Panorama) dalam rangka memperingati 49 tahun Perang Oktober atau dikenal sebagai Perang Arab-Israel 1973 di Kairo, Mesir, Kamis (6/10/2022). ANTARA FOTO/Xinhua/Ahmed Gomaa/rwa.

Yerusalem (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, meraih perdamaian dengan Arab Saudi akan mengakhiri konflik Arab-Israel.

normalisasi dengan TePernyataan itu dikatakan Netanyahu saat berpidato pada Konferensi Keamanan Nasional Hartog di Tel Aviv pada Selasa malam, yang juga dihadiri mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dan mantan Duta Besar AS untuk Israel David Friedman.

“Jika kita berada di atas angin, saya pikir kita dapat memperluas lingkaran perdamaian dengan Arab Saudi, saya pikir kita akhirnya dapat mengakhiri konflik Arab-Israel,” ujar Netanyahu.

Ia menambahkan bahwa hal ini berarti Israel harus bekerja bukan dari dalam - tapi ke luar untuk menyelesaikan masalah Palestina.

Lebih lanjut ia juga mengatakan Israel dapat mencapai terobosan jika kepemimpinan Saudi memutuskan negara itu akan menjadi bagian dari (lingkaran perdamaian) itu secara resmi, meskipun secara tidak resmi mereka telah menjadi bagian itu.

Perdana menteri Israel itu mengatakan memperluas normalisasi perjanjian antara Israel dengan Arab dapat menjadi tameng dalam menghadapi Iran.

Israel merupakan musuh bebuyutan Iran di kawasan itu, yang terus menuduh Iran berusaha membuat bom nuklir, tuduhan yang dibantah oleh Teheran, yang mengatakan programnya dirancang untuk tujuan damai.

Namun hingga saat ini, Arab belum memberikan komentar atas pernyataan Netanyahu.

Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan menolakl Aviv sampai negara itu mengakhiri pendudukan di Palestina selama puluhan tahun.

Atas dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UAE) dan Bahrain menandatangani perjanjian untuk menormalisasikan hubungan mereka dengan Israel pada September 2020. Sebuah gerakan yang kemudian diikuti Sudan dan Maroko.

Sumber: Anadolu