Palu (ANTARA) - Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Sulawesi Tengah berkomitmen untuk melestarikan hutan dan merawat tradisi warisan budaya di daerah tersebut dengan menggelar Festival Tampo Lore 2023 di Kabupaten Poso.
Disbud komitmen lestarikan hutan dan rawat tradisi di Sulteng
"Festival ini bertujuan untuk melestarikan hutan alam dan juga melestarikan nilai-nilai budaya yang tersebar di Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Poso dan Sigi," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan Sulteng Rachman Ansyari di Palu, Jumat.
Ia mengatakan festival tersebut merupakan kerja sama antara Dinas Kebudayaan dengan Komunitas Relawan Orang dan Alam (Roa) untuk mempromosikan serta mempublikasikan kawasan megalit yang berada di Lembah Bada, Lembah Behoa dan Lembah Pekurehua.
Festival Tampo Lore diselenggarakan di Lembah Behoa, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah selama tiga hari, mulai dari tanggal 16 – 18 Juni tahun 2023.
Ia mengatakan, festival tersebut nantinya akan diselenggarakan setiap tahunnya sebagai langkah memperkenalkan Sulawesi Tengah sebagai kawasan Negeri Seribu Megalit.
Festival tersebut menampilkan perayaan - perayaan adat istiadat, pameran produk kebudayaan lokal seperti pakaian khas kulit kayu, senjata tradisional dan juga pertunjukan kesenian.
Sementara itu, Mochammad Subarkah, penyelenggara festival mengatakan Festival Tampo Lore mendedikasikan kebudayaan serta adat istiadat dan lingkungan menjadi satu kesatuan utuh dalam kehidupan masyarakat di Tampo Lore di Lembah Behoa.
Menurut dia, mengangkat tema 'Merajut Tradisi, Melestarikan Hutan untuk Masa Depan yang Adil untuk Penghidupan yang Berkelanjutan', festival itu mendorong pengelolaan ruang berbasis pembangunan ramah lingkungan.
Selain itu juga memperkuat komunitas masyarakat dalam mengembangkan dan menjaga nilai-nilai kebudayaan dan adat di wilayah Tampo Lore.
Dia menjelaskan festival tersebut juga bertujuan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan adat istiadat Tampo Lore, menjaga dan melestarikan sumber-sumber penghidupan masyarakat serta mendukung pembangunan yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak.
"Berdasarkan potensi yang ada, baik kebudayaan maupun adat istiadat serta sebagai upaya mengembangkan produk dan mata pencaharian masyarakat agar terus memiliki pengaruh yang besar dalam membumikan entitas masyarakat Tampo Lore,” katanya.
Menurut Subarkah, Festival Tampo Lore bukan hanya sebuah perayaan namun menjadi terobosan bagi pembangunan yang berkelanjutan untuk mengelola sumber daya penghidupan secara arif dan berkelanjutan.
Adapun festival pertama telah dilaksanakan di Lembah Pekurehua, Desa Wanga, Kecamatan Lore Peore, Kabupaten Poso pada tahun 2019.