Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menilai bahwa saat ini dibutuhkan lebih dari 1.000 lulusan bidang studi Teknik Metalurgi untuk mendukung kebijakan hilirisasi Indonesia.
Namun, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Firman Hidayat mengatakan saat ini di Indonesia hanya ada sekitar 350-400 mahasiswa lulusan Teknik Metalurgi di Indonesia.
“Saat kami memulai program hilirisasi ini, kami menyadari bahwa kami kekurangan lulusan jurusan Metalurgi untuk mendukung program tersebut (hilirisasi). Setiap tahun kami hanya meluluskan 350-400 mahasiswa metalurgi di seluruh Indonesia, padahal kebutuhan sebenarnya lebih dari 1.000 mahasiswa,” kata Firman dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, Kemenko Marves mulai menargetkan 1.000 lulusan magister Teknik Metalurgi dan 500 insinyur di bidang Metalurgi terkemuka dunia untuk dapat berkontribusi dalam proyek-proyek hilirisasi di Indonesia.
“Kami menargetkan 1.000 lulusan magister, dan 500 insinyur terkemuka dunia yang kebetulan datang ke Indonesia dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Firman.
Untuk mampu mencapai target tersebut, Firman menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah berfokus pada peningkatan sumber daya manusia melalui penambahan jumlah lulusan di bidang Teknik Metalurgi.
Pemerintah, melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah membuka kerja sama dengan Northeastern University di China untuk mengirim mahasiswa Magister maupun PhD belajar Tenik Metalurgi.
Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membantu mahasiswa belajar untuk meraih gelar Magister dan PhD di bidang Teknik Metalurgi.
Firman mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah membangun fasilitas penelitian Metalurgi di Morowali, Sulawesi Tengah sebagai, sarana riset dan pengembangan hilirisasi industri.
“Tidak hanya itu, jika Anda berkunjung ke Morowali, kami juga sedang membangun fasilitas penelitian Metalurgi kelas dunia, dan kami juga berencana membangun fasilitas penelitian kelas dunia di ITB mulai tahun ini. Hal ini untuk memastikan transfer teknologi terjadi di masyarakat kita,” jelasnya.
Hilirisasi Indonesia menjadi salah satu kebijakan yang berpotensi mendorong Indonesia untuk menjadi negara maju. Firman mengungkapkan pada 2014, produk nikel Indonesia hanya mencapai nilai 3 miliar dolar AS, namun dengan implementasi hilirisasi, pada 2022 produk nikel Indonesia mampu mencapai sekitar 34 miliar dolar AS.
Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat dengan adanya hilirisasi baterai lithium yang dimulai beberapa tahun ke depan.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marives Jodi Mahardi juga menilai bahwa transformasi ekonomi melalui hilirisasi industri sebagai salah satu indikator dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat.
Menurutnya, kebijakan hilirisasi mendorong industrialisasi berbasis komoditas bernilai tambah tinggi menuju struktur ekonomi yang lebih kompleks.
Selain itu, hilirisasi industri juga akan mendorong peningkatan investasi yang lebih merata. Ia mencontohkan, sepanjang 2020 ekspor komoditas nikel dan barang turunannya senilai 4,73 miliar dolar AS, naik dari 2019 yang hanya 2,59 miliar dolar AS. Ekspor kembali meningkat pada 2021 sebesar 7,08 miliar dolar AS dan periode Januari-Agustus 2022 telah mencapai 8,7 miliar dolar AS.