Palu, (antarasulteng.com) - Realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di Provinsi Sulawesi Tengah selama triwulan ketiga 2016 sebesar Rp343,22 miliar atau turun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp366,39 miliar.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Sulteng per November 2016, Rabu, selain mengambarkan penurunan realisasi KUR pada Triwulan III 2016, memperlihatkan pula jumlah rekening peserta sebanyak 10.030 atau turun dari triwulan sebelumnya sebanyak 14.281 rekening.
Realisasi itu juga masih lebih rendah daripada Triwulan I 2015 sebesar Rp359,08 miliar dengan 18.478 rekening.
KUR di Sulteng selama Triwulan III 2016 masih didominasi oleh perdagangan besar dan eceran dengan nilai Rp264,77 miliar, disusul sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi Rp18,83 miliar serta sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar Rp16.04 miliar.
Jumlah kredit yang disalurkan di 11 kabupaten dan kota selama Triwulan III 2016, masih didominasi oleh Kota Palu sebesar Rp141,63 miliar, kemudian Kabupaten Banggai Rp64,26 miliar, Tolitoli Rp35,02 miliar, Parigi Moutong Rp32,90 miliar, Poso Rp32,50 miliar, Donggala Rp17,31 miliar, Morowali Rp10,24 miliar, Buol Rp4,69 miliar, Banggai Kepulauan Rp2,56 miliar, Tojo Una-Una Rp1,16 miliar, dan Sigi Rp0,94 miliar.
Kabupaten Sigi yang merupakan daerah paling rendah realisasi KUR juga merupakan daerah dengan realisasi kredit macet tertinggi sebesar 28,79 persen. Naiknya angka kredit macet itu berasal dari perdagangan pertanian dan bengkel reparasi motor pihak swasta.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulteng Miyono menjelaskan bahwa KUR merupakan dana dari pemerintah untuk mendorong pengembangan usaha kecil menengah (UMK) yang dapat diakses oleh siapa saja.
Saat ini, kata dia, bunga KUR yang ditetapkan sebesar 9 persen. Ke depannya direncanakan turun menjadi 7 persen.
"Kemungkinan penurunan itu disebabkan oleh penurunan ekonomi global dan nasional, dan mungkin kemampuan untuk meminta kreditnya juga menurun," katanya.