Malang - Teknologi "biochar" mampu mengubah lahan kering berpasir (dry land sandy soils) menjadi lahan yang subur dan potensial untuk menanam berbagai macam komoditas bernilai ekonomis.
Penemu teknologi biochar Dr.Ir Sukartono, M.Agr, Selasa mengemukakan pemanfaatan teknologi biochar yang benar akan mampu membenahi persoalan kesuburan tanah di lahan kering berpasir yang rentan terhadap kekurangan unsur hara tanah, seperti Besi (Fe), Mangaan (Mn) serta Nitrogen (N).
"Teknologi biochar ini sangat sederhana pembuatannya, yakni bahan arang yang dibuat dari limbah pertanian organik. Limbah ini bisa berasal dari sisa-sisa penebangan kayu, tempurung kelapa dan kotoran sapi dan untuk mempertahankan hara tanah, juga harus diberi pupuk kandang secara berulang-ulang," tegasnya.
Menurut dia, biocar lebih efektif digunakan karena aplikasinya mampu meningkatkan kandungan C-organik tanah khususnya pada lapisan 0-10cm. Selain itu, pelapukan atau dekomposisinya sangat lambat dan bertahan lama (lebih dari tiga 3 tahun), dibandingkan dengan bahan organik segar seperti kompos dan pupuk kandang.
Magister Agriculture The University of New England, UNE, Armidale, NSW, Australia itu mengatakan, semakin tinggi konsentrasi hara (N, P, K, Ca dan Mg) pada biochar, semakin berkontribusi positif pembenah organik terhadap perbaikan ketersediaan hara tanah.
Sebab, biochar juga bisa meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, sehingga dapat mengurangi risiko pencucian hara khususnya kalium dan N-NH4.
Lebih lanjut Sukartono mengatakan, pada pemupukan biasa, ketika tanah terkena air hujan, maka akan gampang terkikis. Berbeda dengan teknologi biochar, tanah tidak akan mudah terkikis karena ada muatan negatif, sehingga bisa mengikat unsur hara yang bermuatan positif.
Secara detail Sukartono menjelaskan cara pembuatan biochar, pertama kulit kelapa atau batok kelapa yang sudah kering dibakar di dalam sebuah lubang dengan menggunakan pemanasan auto thermal.
Kulit kelapa dipanaskan didalam lubang berukuran 1m x 1.5m x 1m dan dipanaskan hingga menjadi arang selama delapan jam. Setelah pembakaran, maka akan menghasilan material berwarna hitam yang terbentuk.
Langkah kedua, produk kemudian didinginkan dengan cara dibungkus daun pisang selama 12 jam untuk mendapatkan arang. Ketiga, setelah proses pendinginan dilakukan, maka akan dihasilkan butiran-butiran partikel berukuran 1 mm yang sudah disaring.
Butiran-butiran inil yang dinamakan biochar dan berfungsi sebagai bahan penyubur tanah. Selama ini masyarakat kan hanya mengenal pupuk kandang dan organik sebagai bahan yang baik dalam memperbaiki kesuburan tanah," ujarnya.
Padahal, lanjutnya, pupuk kandang dan organik justru bisa meningkatkan pemanasan global. Hal ini bisa terjadi karena kedua jenis pupuk tersebut mempunyai sifat yang mudah melepuh dan mengeluarkan karbon yang sulit diubah menjadi gas CO2 (karbon dioksida).
"Untuk meminimalkan pemanasan global, biochar ini menjadi solusi terbaik. Kami berharap petani juga segera beralih ke biochar untuk meningkatkan kesuburan tanahnya," tegasnya. (E009)