Buol (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buol, Sulawesi Tengah mencatat indeks perkembangan harga (IPH) di daerah itu pada Juli 2025 mencapai 2,24 persen.
Bupati Buol Risharyudi Triwibowo melalui Asisten II Wahyu Setyabudi mengatakan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menekan laju inflasi di Kabupaten Buol.
"IPH di Buol ini mendekati level daerah dengan indeks perkembangan harga tertinggi Nasional," kata Wahyu melalui keterangan tertulisnya diterima di Leok II, Minggu.
Ia mengemukakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buol untuk memastikan keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan, penertiban dan pelancaran distribusi serta komunikasi dan publikasi.
"Komoditas penyumbang terbesar inflasi seperti beras 2,01 persen, cabai rawit 0,90 persen, dan bawang merah 0,16 persen," ucapnya.
Ia menuturkan ke depan agar pelaporan dilakukan secara berkala dan aksi nyata yakni operasi pasar, sidak harga, serta penertiban distribusi LPG subsidi.
"Tentunya penting pelaporan administratif yang akurat, agar berbagai upaya daerah seperti kerja sama antardaerah produsen pangan dapat tercatat secara resmi dan dilaporkan ke pusat," sebutnya.
Menurut dia, perlunya penguatan distribusi dan ketahanan pangan lokal.
"Ketahanan pangan lokal ini berkaitan dengan rencana cetak sawah baru seluas 1.000 hektare di tahun 2025 serta pemanfaatan lahan tidur di sejumlah desa," katanya.
Wahyu menyebutkan terdapat langkah konkret menekan angka inflasi di Kabupaten Buol seperti peningkatan koordinasi antarinstansi, publikasi harga mingguan oleh Dinas Kominfo dan pertimbangan subsidi transportasi demi pemerataan harga.
"Jadi masing-masing kelompok kerja TPID di Buol melakukan penyusunan laporan semesteran dan tahunan termasuk rekomendasi lainnya sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas harga dan memperkuat ketahanan pangan daerah," ujarnya.