Brasil (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk dan Huayou Indonesia menegaskan komitmen menghadirkan nikel rendah karbon pada sesi “Emerging Technologies to Respond to Climate Change” di Paviliun Indonesia, COP30, Jumat (14/11).
"Kolaborasi keduanya dinilai memperkuat kepemimpinan Indonesia dalam industri nikel berkelanjutan," kata Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Hanifah Dwi Nirwana.
Dia menyampaikan bahwa Indonesia tengah memperkuat tata kelola lingkungan dan transparansi regulasi sebagai dasar transformasi industri hijau.
Direktur sekaligus Chief Sustainability & Corporate Affairs Officer PT Vale, Budiawansyah, memaparkan transformasi teknologi di Sorowako untuk menurunkan emisi absolut 33 persen pada 2030 dan mengurangi intensitas karbon produk hingga 50 persen.
“Pertumbuhan yang selaras iklim adalah pilar strategi kami,” ujarnya.
Huayou Indonesia melalui Director of Public Affairs, Stevanus, menekankan penerapan teknologi seperti waste heat recovery, elektrifikasi, dan solidifikasi CO yang mampu menurunkan lebih dari 2 ton COe per ton nikel.
“Kemitraan dengan PT Vale menempatkan Indonesia sebagai tolok ukur material baterai rendah karbon,” katanya.
PT Vale juga mengumumkan capaian ESG Risk Rating sebesar 23,7 dari Sustainalytics, skor terbaik dalam sejarah perusahaan, yang menegaskan posisinya sebagai pemasok nikel berisiko rendah secara global.
Kehadiran PT Vale dan Huayou di COP30 menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya produsen nikel terbesar, tetapi juga pemimpin dalam pengembangan mineral kritis berkelanjutan untuk mendukung transisi energi bersih dunia.
