Teknologi anti radar perkuat pertahanan dan keamanan Indonesia

id radar

Teknologi anti radar perkuat pertahanan dan keamanan Indonesia

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Appe berdiri di atas kapal Patkamla Sadarin milik TNI Angkatan Laut dalam rangka uji coba cat anti radar di Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (29/03/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)

Jakarta (ANTARA) - Inovasi dalam negeri didorong untuk memperkuat salah satu sektor strategis nasional, yakni pertahanan dan keamanan melalui penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut.

Dalam rangka mendukung penguatan alutsista, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berhasil mengembangkan teknologi siluman atau dikenal dengan teknologi cat anti radar yang membuat kapal tidak terdeteksi radar atau menjadi kapal "siluman".

Teknologi anti deteksi radar itu diujicobakan pada kapal Patkamla Sadarin milik TNI Angkatan Laut di Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat. 

Dengan cat anti radar itu, kapal yang telah dicat sempurna dapat tidak masuk dalam jangkauan radar, karena cat itu menyerap pancaran radar sehingga gelombang elektromagnetik pada radar itu tidak kembali kepada pemancar radar. Dengan begitu, keberadaan kapal tidak terdeteksi.

Penelitian cat anti deteksi radar itu merupakan pengembangan dari kemampuan Batan dalam mengolah pasir monasit menjadi logam tanah jarang. Hampir 100 persen pembuatan cat anti radar itu menggunakan komponen dalam negeri.

Pengembangan teknologi siluman itu merupakan kerja sama antara Batan dengan perusahaan cat PT Sigma Utama Paint, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan TNI Angkatan Laut.

Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) Batan Wisnu Ari Adi mengatakan teknologi anti radar itu mulai diteliti dan dikembangkan sejak 2015, dan pada 2017, suatu prototipe skala pilot berupa cat anti deteksi radar telah diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi tertentu.

Teknologi anti radar itu menggunakan bahan smart magnet dalam cat anti deteksi radar. Bahan smart magnet merupakan bahan maju buatan yang memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur logam tanah jarang dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.

Teknologi anti radar merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara.

"Ini merupakan teknologi milenial yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu," ujar Wisnu.

Teknologi anti radar itu mengacu pada Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang merupakan dokumen perencanaan yang memberikan arah prioritas pembangunan iptek untuk jangka waktu 28 tahun, yakni 2017-2045.

Berdasarkan program fokus riset teknologi pertahanan dan keamanan, terkait dengan teknologi pendukung daya gerak, ada target riset berupa kapal perang anti radar, dan terkait dengan teknologi pendukung pertahanan dan keamanan, target riset berupa material khusus alutsista 'coating' anti radar.

Sedangkan berdasarkan program fokus riset material maju terkait dengan teknologi pengolahan mineral strategis berbahan baku lokal, target berupa "pilot plant" pengolahan logam tanah jarang menjadi logam strategis.

Kemandirian bangsa

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Appe mengatakan hasil penelitian bermanfaat besar bagi kemajuan dan kemandirian bangsa dalam sektor pertahanan bangsa. Penelitian itu juga mendorong tumbuhnya industri logam tanah jarang.

"Cat anti deteksi radar berbasis bahan smart magnet ini dapat meningkatkan kemampuan alutista TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung pertahanan nasional," ujarnya.

Melalui kemitraan pemerintah dan swasta, pengembangan teknologi anti radar dengan menggunakan cat ini menjadi wujud nyata dari bentuk hilirisasi produk inovasi.

Hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi tidak lagi hanya tersimpan di ruangan namun dapat dipakai bagi kemaslahatan bangsa.

Hasil riset juga tidak hanya berujung pada skala laboratorium saja, tapi dilirik oleh industri dan mampu bersaing di pasar.

Jumain mengapresiasi kinerja para peneliti dan para pelaku industri yang telah membantu hilirisasi hasil penelitian.

"Saya memberikan apresiasi kepada para peneliti dan sekaligus terima kasih kepada para pelaku industri, yang dengan segala kerumitan dan risikonya bekerja sama dalam proses hilirisasi hasil riset dan pengembangan produk cat anti deteksi radar ini," ujarnya.

Pemerintah akan terus mendorong kerja sama seperti itu dengan menciptakan lingkungan yang kondusif melalui berbagai program dan regulasi seperti pendanaan inovasi, kemudahan dalam pertanggungjawaban riset dan pengembangan.

"Kami akan terus mendukung kebutuhan-kebutuhan TNI baik dalam bentuk sekarang ini ataupun hal lain di bidang pertahanan dan keamanan," tuturnya.

Jumain mengatakan akan terus mendorong penguatan pertahanan bangsa dan berupaya memenuhi kebutuhan pengembangan alutsista baik darat, laut dan udara demi ketahanan bangsa.

"Kalau kita bisa kembangkan dalam negeri, kenapa harus impor," tuturnya.

Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Muda Arusukmono Indra mengapresiasi hasil teknologi anti radar itu yang berguna untuk memperkuat alutsista Indonesia.

Dia mendorong pengembangan berbagai inovasi yang lebih baik dalam memajukan bidang pertahanan Indonesia.

"Semakin bisa menyerap pancaran radar itu semakin baik, peluru kendali tidak bisa men-'engage' (menyentuh) kapal TNI Angkatan Laut, ataupun radar tracking tidak bisa men-'track' (melacak) kapal-kapal tersebut," ujarnya.

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Appe berdiri di atas kapal Patkamla Sadarin milik TNI Angkatan Laut dalam rangka uji coba cat anti radar di Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (29/03/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)