Kasus dini COVID-19 di Prancis mungkin jawab teka-teki awal pandemi

id Prancis,Corona,COVID-19

Kasus dini COVID-19 di Prancis  mungkin jawab teka-teki awal pandemi

Seorang perawat memakai masker saat beristirahat di unit perawatan intensif bagi pasien terinfeksi virus corona (COVID-19) di rumah sakit swasta Clinique de l'Orangerie di Strasbourg, Prancis, Jumat (17/4/2020). (ANTARA/REUTERS/CHRISTIAN HARTMANN/TM)

London (ANTARA) - Sebuah studi oleh para ilmuwan Prancis yang menunjukkan bahwa seorang pria terinfeksi COVID-19 pada 27 Desember bisa menjadi petunjuk penting dalam menilai kapan dan di mana virus corona baru muncul, kata para ahli, Selasa.

Pria tersebut diduga sudah terinfeksi hampir sebulan sebelum Prancis mengkonfirmasi kasus pertamanya pada Januari.

Tim peneliti Prancis yang dipimpin oleh Yves Cohen, kepala resusitasi di rumah sakit Avicenne dan Jean Verdier, menguji ulang sampel dari 24 pasien, yang diobati pada bulan Desember dan Januari  dan telah dites negatif untuk flu sebelum COVID-19 berkembang menjadi pandemi.

Hasilnya, yang diterbitkan dalam Jurnal Internasional Senyawa Antimikroba, menunjukkan bahwa satu pasien terinfeksi COVID-19 "sebulan sebelum kasus pertama yang dilaporkan di negara kami ", kata mereka.  Pasien yang dimaksud adalah pria berusia 42 tahun kelahiran Aljazair, sudah tinggal di Prancis selama bertahun-tahun dan bekerja sebagai penjual ikan

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan hasil penelitian itu "tidak mengejutkan".

 

"Mungkin juga ada lebih banyak kasus awal yang ditemukan," kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Christian Lindmeier dalam pemaparan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa.

Dia mendorong negara-negara lain untuk memeriksa catatan kasus pada akhir 2019.

Menurut dia, pengecekan kasus akan memberi dunia "gambaran baru dan lebih jelas" dari wabah tersebut.

Beberapa pakar independen mengatakan temuan itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.

"Bukan tidak mungkin bahwa itu adalah pengenalan awal, tetapi bukti tidak konklusif dengan cara apa pun," kata Jonathan Ball, seorang profesor virologi molekuler di Universitas Nottingham Inggris.



Stephen Griffin, seorang ahli di Institut Penelitian Medis di Universitas Leeds, mengatakan itu adalah "temuan yang berpotensi penting". Ia menambahkan, "Kita harus berhati-hati ketika menafsirkan temuan ini."

Cohen mengatakan kepada televisi Prancis pada Senin bahwa terlalu dini untuk mengetahui apakah pasien itu, yang perjalanan terakhirnya ke Aljazair pada Agustus 2019, adalah "pasien nol" Prancis.

Tetapi "mengidentifikasi pasien yang terinfeksi pertama adalah minat besar para epidemiologis karena akan mengubah secara dramatis pengetahuan kita tentang SARS-COV-2 (virus corona baru) dan penyebarannya di negara ini," ia dan rekan peneliti menulis di surat kabar yang merinci temuan mereka .

Mereka mengatakan tidak adanya hubungan dengan Chin serta kurangnya perjalanan baru-baru ini "menunjukkan bahwa penyakit itu sudah menyebar di antara populasi Prancis pada akhir Desember 2019".



Prancis, tempat hampir 25.000 orang meninggal akibat COVID-19 sejak 1 Maret, mengonfirmasi tiga kasus pertamanya pada 24 Januari, termasuk dua pasien di Paris dan satu lagi di kota barat daya, Bordeaux.

Rowland Kao, seorang profesor epidemiologi hewan dan ilmu data di Universitas Edinburgh, mengatakan bahwa bahkan jika itu dikonfirmasi, identifikasi COVID-19 yang positif pada Desember "tidak selalu merupakan indikasi bahwa penyebaran COVID-19 dari Prancis dimulai sedini itu."

"Jika dikonfirmasi, yang disoroti oleh kasus ini adalah kecepatan infeksi meluas, yang dimulai di bagian dunia yang tampaknya terpencil namun dapat dengan cepat menyebarkan di tempat lain," katanya.

Sumber: Reuters