Warga berziarah di dinding kenangan bencana likuefaksi
Palu (ANTARA) - Momen Idul Fitri 1444 Hijriah digunakan sebagian besar warga untuk berziarah di makam keluarga, termasuk di dinding kenangan Balaroa Memorial Wall.
Di Kota Palu, Sulawesi Tengah selain makam, Balaroa Memorial Wall di kawasan Hunian Tetap (Huntap) Kelurahan Balaroa itu pada perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah acap dikunjungi warga, pada Sabtu.
Balaroa Memorial Wall sengaja dibangun untuk mengenang para korban bencana alam gempa bumi dan likuefaksi.
Sebagian besar nama terukir yang dibentuk menyerupai bunga mawar di dinding kenangan itu merupakan korban bencana alam likuefaksi pada 2018 silam, yang hingga saat ini jasadnya belum ditemukan.
"Ia ada beberapa keluarga yang hilang. Sudah berapa tahun kemarin, pas dengar dinding ini dibangun dengan ada nama nama korban," ucap Nabila, salah satu pengunjung Balaroa Memorial Wall.
Memang pada saat bencana alam tahun 2018 lalu hampir ribuan orang dinyatakan hilang, baik itu karena likuefaksi ataupun tsunami.
"Sebelumnya itu kami datang ke lokasi likuefaksi langsung. Karena sudah ada dinding yang dibangun, kita kemari," ucap Risti warga lain yang berkunjung.
Balaroa Memorial Wall dibangun pada bulan Juni 2022. Berdiri di ruang publik kawasan hunian tetap, Balaroa Memorial Wall dibangun oleh Pemerintah Kota Palu, atas bantuan salah satu Asosiasi Pemerintah Daerah dan United Cities and Local Government Asia Pasific/UCGL Aspac.
Tidak hanya itu, di kawasan Balaroa Memorial Wall juga dibangunkan ruang publik yang juga kerap digunakan oleh warga korban bencana di kawasan hunian tetap dalam menggelar kegiatan ataupun sekedar bertukar pikiran.*
Di Kota Palu, Sulawesi Tengah selain makam, Balaroa Memorial Wall di kawasan Hunian Tetap (Huntap) Kelurahan Balaroa itu pada perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah acap dikunjungi warga, pada Sabtu.
Balaroa Memorial Wall sengaja dibangun untuk mengenang para korban bencana alam gempa bumi dan likuefaksi.
Sebagian besar nama terukir yang dibentuk menyerupai bunga mawar di dinding kenangan itu merupakan korban bencana alam likuefaksi pada 2018 silam, yang hingga saat ini jasadnya belum ditemukan.
"Ia ada beberapa keluarga yang hilang. Sudah berapa tahun kemarin, pas dengar dinding ini dibangun dengan ada nama nama korban," ucap Nabila, salah satu pengunjung Balaroa Memorial Wall.
Memang pada saat bencana alam tahun 2018 lalu hampir ribuan orang dinyatakan hilang, baik itu karena likuefaksi ataupun tsunami.
"Sebelumnya itu kami datang ke lokasi likuefaksi langsung. Karena sudah ada dinding yang dibangun, kita kemari," ucap Risti warga lain yang berkunjung.
Balaroa Memorial Wall dibangun pada bulan Juni 2022. Berdiri di ruang publik kawasan hunian tetap, Balaroa Memorial Wall dibangun oleh Pemerintah Kota Palu, atas bantuan salah satu Asosiasi Pemerintah Daerah dan United Cities and Local Government Asia Pasific/UCGL Aspac.
Tidak hanya itu, di kawasan Balaroa Memorial Wall juga dibangunkan ruang publik yang juga kerap digunakan oleh warga korban bencana di kawasan hunian tetap dalam menggelar kegiatan ataupun sekedar bertukar pikiran.*