Pesenam Special Olympics Indonesia raih perunggu di SOWSG Berlin 2023
Jakarta (ANTARA) - Pesenam Special Olympics Indonesia Cyntia Rismauli Nainggolan meraih perunggu di nomor rhythmic gymnastic dalam ajang Special Olympics World Summer Games (SOWSG), yang digelar di Berlin, Jerman.
Cyntia meraih nilai 60,450, sementara peraih emas Aigerian Issabayeva dari Kazasthan mencatatkan nilai 61,900 dan peraih perak Katherine Carrascoso Pujols dari Republik Dominika mendapatkan nilai 61,600.
"Cyntia gugup saat turun di alat tali, nge-blank jadinya," ujar pelatih Elly Puji Kusumawati, dikutip dari laman resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI), Selasa.
Sementara di cabang olahraga bulutangkis, Naufal Dwi Kurnia dan Ananias Ulin Pratiwi mencatat kemenangan atas lawan-lawannya saat mengikuti tahap divisioning.
"Saya bersyukur Alhamdullilah bisa menang dua kali, saya berharap bisa menang dua kali," kata Naufal.
Pelatih Mardi Panjaitan mengharapkan dua kemenangan itu membuat para juri memutuskan atletnya masuk ke divisi 1 dan Naufal bisa meraih emas.
Kesetaraan kemampuan dijunjung tinggi dalam Special Olympics. Artinya, agar bisa tampil maksimal pihak Special Olympics International memberlakukan pengelompokan pertandingan. Atlet dengan kemampuan lebih tidak boleh bertanding dengan mereka yang lebih lemah.
Perbedaan diukur dalam satuan yang telah ditetapkan. Pada masa registrasi kontingen tiap negara diwajibkan mengirim data kemampuan atlet.
Data kemampuan itu akan diuji kembali pada saat atlet mengikuti tahap divisioning. Bila terjadi perubahan, tim pelatih bisa menyampaikan hal itu. Sebaliknya, tim juri bisa memberi sanksi berupa diskualifikasi jika di tahap divisioning terdapat perbedaan data.
Atlet yang dinyatakan terkena diskualifikasi masih mendapat kemungkinan untuk tetap bertanding di nomor yang berbeda. Misalnya, perenang yang didaftarkan di beberapa nomor perlombaan kemungkinan terkena diskualifikasi di salah satu nomor sehingga bisa ikut ke nomor yang lain.
Perenang Special Olympics Indonesia Nadila mengalami hal itu saat mengikuti divisioning, Minggu (18/6).
"Waktunya terlalu cepat setelah intensif berlatih di pelatnas," ujar pelatih Yulidarti.
Saat didaftarkan awal Mei lalu dalam nomor gaya dada, waktu catatan Nadila masih di atas dua menit. Namun, saat mengikuti divisioning di Berlin, dia berenang di bawah waktu dua menit untuk gaya dada 100 meter. Perbedaan catatan waktu itu melewati batas yang ditentukan para juri.
Perenang putra Special Olympics Indonesia Alfian menempati posisi kedua di nomor yang sama sehingga lolos divisioning.
Cyntia meraih nilai 60,450, sementara peraih emas Aigerian Issabayeva dari Kazasthan mencatatkan nilai 61,900 dan peraih perak Katherine Carrascoso Pujols dari Republik Dominika mendapatkan nilai 61,600.
"Cyntia gugup saat turun di alat tali, nge-blank jadinya," ujar pelatih Elly Puji Kusumawati, dikutip dari laman resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI), Selasa.
Sementara di cabang olahraga bulutangkis, Naufal Dwi Kurnia dan Ananias Ulin Pratiwi mencatat kemenangan atas lawan-lawannya saat mengikuti tahap divisioning.
"Saya bersyukur Alhamdullilah bisa menang dua kali, saya berharap bisa menang dua kali," kata Naufal.
Pelatih Mardi Panjaitan mengharapkan dua kemenangan itu membuat para juri memutuskan atletnya masuk ke divisi 1 dan Naufal bisa meraih emas.
Kesetaraan kemampuan dijunjung tinggi dalam Special Olympics. Artinya, agar bisa tampil maksimal pihak Special Olympics International memberlakukan pengelompokan pertandingan. Atlet dengan kemampuan lebih tidak boleh bertanding dengan mereka yang lebih lemah.
Perbedaan diukur dalam satuan yang telah ditetapkan. Pada masa registrasi kontingen tiap negara diwajibkan mengirim data kemampuan atlet.
Data kemampuan itu akan diuji kembali pada saat atlet mengikuti tahap divisioning. Bila terjadi perubahan, tim pelatih bisa menyampaikan hal itu. Sebaliknya, tim juri bisa memberi sanksi berupa diskualifikasi jika di tahap divisioning terdapat perbedaan data.
Atlet yang dinyatakan terkena diskualifikasi masih mendapat kemungkinan untuk tetap bertanding di nomor yang berbeda. Misalnya, perenang yang didaftarkan di beberapa nomor perlombaan kemungkinan terkena diskualifikasi di salah satu nomor sehingga bisa ikut ke nomor yang lain.
Perenang Special Olympics Indonesia Nadila mengalami hal itu saat mengikuti divisioning, Minggu (18/6).
"Waktunya terlalu cepat setelah intensif berlatih di pelatnas," ujar pelatih Yulidarti.
Saat didaftarkan awal Mei lalu dalam nomor gaya dada, waktu catatan Nadila masih di atas dua menit. Namun, saat mengikuti divisioning di Berlin, dia berenang di bawah waktu dua menit untuk gaya dada 100 meter. Perbedaan catatan waktu itu melewati batas yang ditentukan para juri.
Perenang putra Special Olympics Indonesia Alfian menempati posisi kedua di nomor yang sama sehingga lolos divisioning.