Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami peningkatan kegempaan

id gunung lewotobi laki-laki,gunung lewotobi erupsi,gunung meletus,badan geologi,jarak rekomendasi lewotobi,aktivitas gempa

Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami peningkatan kegempaan

Lava pijar terlontar keluar dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (16/1/2024). (ANTARA/HO-PVMBG)

Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat ada peningkatan kegempaan pada Gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Pemantauan kegempaan menunjukkan pada 16 Januari 2024, pukul 00.00 hingga 24.00 WITA, terjadi peningkatan kegempaan yang signifikan," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
 
Wafid mengungkapkan ada 396 kali gempa yang terjadi pada Gunung Lewotobi Laki-laki sepanjang Selasa kemarin.
 
Jumlah kegempaan itu naik hampir dua kali lipat dibandingkan aktivitas kegempaan yang terjadi sehari sebelumnya pada Senin (15/1), yang hanya berjumlah 140 kali gempa.
 
Pada 16 Januari 2024, Badan Geologi mencatat ada 13 gempa awan panas guguran, 108 gempa letusan, 92 gempa guguran, 172 gempa frekuensi rendah, 10 kali gempa tremor, dan 1 kali gempa vulkanik dalam.
 
"Pukul 20.58 WITA hingga 21.24 WITA terekam gempa tremor dengan amplitudo maksimum 47 milimeter," kata Wafid.
 
Pada 15 Januari 2024, Badan Geologi mengungkapkan hanya ada 13 gempa letusan, 7 gempa awan panas guguran, 64 gempa guguran, 50 gempa frekuensi rendah, 1 gempa tektonik jauh, 1 gempa getaran banjir, dan empat kali gempa tremor menerus.


Data kegempaan Gunung Lewotobi Laki-laki tersebut menunjukkan peningkatan signifikan gempa frekuensi rendah.

Hal itu memperlihatkan ada pergerakan magma ke permukaan yang semakin intensif dalam waktu yang cukup singkat, sehingga jarak luncur aliran lava maupun kejadian guguran dan awan panas berpotensi meningkat pula.

Guguran lava ke arah baru, yaitu barat daya hingga barat dengan jarak luncur 2 kilometer menunjukkan aliran lava yang saat ini dapat terjadi ke segala arah mengingat terjadinya pergerakan magma ke permukaan yang sangat intensif.
 
Kemunculan gempa tremor harmonik menujukan pembentukan gas alam dalam konduit magma semakin meningkat, sehingga dikhawatirkan akan meningkatkan eksplosivitas erupsi.
 
Selain aktivitas gempa yang meningkat signifikan, Badan Geologi juga mencatat letusan yang terjadi pukul 20.58 WITA, Selasa (16/1), melontarkan abu vulkanik setinggi 600 meter dan memuntahkan lava pijar sejauh 2 kilometer dari pusat erupsi.
 
Pada 17 Januari 2024, Badan Geologi mengumumkan perluasan jarak rekomendasi agar masyarakat aman dari bahaya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
 
Sebelumnya, jarak rekomendasi tersebut hanya sejauh 4 kilometer dari pusat erupsi dan sektoral 5 kilometer ke arah barat laut hingga utara dan timur laut.
 
Namun, hari ini, jarak rekomendasi itu diperluas sejauh 1 kilometer menjadi radius 5 kilometer dari pusat erupsi serta sektoral 6 kilometer pada arah utara hingga timur laut.
 
"Hasil analisis dan evaluasi menyeluruh terhadap data pemantauan visual dan instrumental menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas kegempaan pada Gunung Lewotobi Laki-laki secara signifikan, sehingga harus dilakukan perubahan jarak rekomendasi," papar Wafid.
 
Pada 9 Januari 2024, pukul 23.00 WITA, Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki dari sebelumnya level III atau siaga menjadi level IV atau awas.
 
Level IV merupakan status tertinggi gunung api yang mengindikasikan erupsi atau letusan dapat mengancam pemukiman di sekitar gunung api tersebut.
 
Gunung Lewotobi yang memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut tersebut adalah gunung berapi kembar yang terletak di bagian tenggara Pulau Flores.
 
Gunung itu terdiri dari dua puncak, yaitu Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
 
PVMBG memantau secara visual dan instrumental Gunung dari pos pengamatan yang berlokasi di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.