Walaupun mengidap autoimun Wiwi tetap semangat menjalani hidup berkat program JKN

id JKN, layanan JKN, BPJS kesehatan, Rumondang Pakpahan, Sulteng

Walaupun mengidap autoimun Wiwi tetap semangat menjalani hidup berkat program JKN

Wiwi Widiastuti (53) tahun meras puas dengan pelayanan JKN. ANTARA/HO-Humas BPJS Kesehatan Cabang Palu

Palu (ANTARA) -

Wiwi Widiastuti (53) tidak pernah menyangka bahwa ia akan didiagnosis menderita penyakit langka yaitu autoimun. Sebagai seorang peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas tiga, Wiwi berbagi pengalamannya menjalani serangkaian perawatan, mulai dari pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga akhirnya dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Autoimun merupakan penyakit yang kompleks, di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi melindungi diri dari infeksi justru menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Hal inilah yang dialami oleh wiwi.
Ia merasakan gejala autoimun yang mengganggu aktivitas sehari-harinya, seperti sering merasa lemas, nyeri sendi, ruam kulit, serta demam yang hilang timbul. Selain itu, ia juga pernah mengalami bengkak di sendi dan wajahnya, rambut rontok, hingga sulit berkonsentrasi.
“Saya merasa gejala-gejala ini mulai muncul beberapa tahun yang lalu, tapi waktu itu saya hanya mengira ini karena faktor kelelahan biasa. Namun, beberapa bulan ini semakin sering kambuh. Saya merasa lebih cepat lelah dan sakit-sakitan, akhirnya saya memeriksakan diri ke faskes tempat saya terdaftar yaitu Puskesmas Kamonji, karena gejala yang berulang akhirnya saya di rujuk ke Rumah Sakit Anutapura,” ungkapnya saat ditemui di poli interna Rumah Sakit Anutapura pada Rabu (14/8).
Diagnosa autoimun tidaklah mudah, Wiwi mengungkapkan bahwa diperlukan serangkaian tes medis untuk memastikan kondisinya.
Proses diagnosa melibatkan wawancara terkait gejala yang dirasakan, riwayat kesehatan keluarga, serta pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Ia juga menjalani beberapa tes laboratorium, seperti tes ANA (antinuclear antibody), serta tes darah lengkap.
“Proses pemeriksaan saya cukup panjang. Dokter harus memastikan bahwa gejala-gejala yang saya alami memang disebabkan oleh autoimun dan bukan penyakit lainnya. Meskipun gejala yang saya rasakan terlihat umum, ternyata ini adalah tanda dari kondisi yang lebih serius,” jelasnya.
Pengobatan untuk penyakit autoimun memerlukan ketekunan dan kesabaran. Wiwi menjelaskan bahwa meskipun penyakit autoimun belum bisa disembuhkan sepenuhnya, namun pengobatan yang ia jalani dapat meringankan gejala dan mencegah penyakit tersebut kambuh dengan gejala yang lebih parah.
Ia rutin mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi nyeri dan demam yang sering kambuh, serta untuk menekan sistem kekebalan tubuhnya agar tidak menyerang sel-sel sehat.
“Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun ini juga tergantung dari gejala yang saya rasakan dan tingkat keparahannya, misalnya kalau saya mulai gatal atau ruam pada kulit saya juga harus segera dirujuk ke dokter spesialis kulit. Awalnya saya merasa khawatir dengan biaya pengobatannya, saya tahu bahwa penyakit autoimun memerlukan pengobatan jangka panjang dan tidak murah. Namun, saya merasa sangat beruntung menjadi peserta Program JKN. Semua pengobatan saya dijamin oleh program ini, mulai dari obat-obatan hingga rawat inap,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan yang ia dapatkan sebagai peserta JKN cukup memadai meskipun terdaftar sebagai peserta JKN dengan hak kelas rawat tiga, ia tidak pernah merasa diperlakukan berbeda dari pasien umum atau mereka yang menggunakan asuransi lainnya.
“Pelayanan di rumah sakit sudah bagus. Awalnya saya khawatir karena ada yang bilang kalau peserta JKN sering dipersulit, tapi saya tidak mengalami hal seperti itu, tidak ada diskriminasi sama sekali,” ujarnya.
Ia berharap agar pelayanan yang sudah baik ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan lagi di masa mendatang. Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak ragu mendaftar sebagai peserta JKN, karena menurutnya program ini sangat membantu dalam meringankan beban biaya pengobatan.
“Banyak yang berpikir kalau Program JKN itu ribet dan kurang efektif, tapi menurut saya itu salah. Saya sangat bersyukur karena adanya BPJS Kesehatan, saya merasakan sendiri dampaknya selama menjadi peserta JKN. Program JKN sudah membantu saya menjalani pengobatan tanpa khawatir biaya. Saya bisa fokus pada kesehatan saya dan tidak terbebani dengan masalah keuangan,” tutupnya. (tm/aq)