Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris pada Senin (2/9) bertemu para negosiator AS terkait gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera, menurut pernyataan resmi Gedung Putih.
Mereka membahas "langkah-langkah berikutnya" dalam upaya negosiasi yang sedang berlangsung, menurut pernyataan tersebut.
Pertemuan yang berlangsung di Situation Room Gedung Putih ini berlangsung setelah ditemukannya jenazah Hersh Goldberg-Polin dan lima sandera lainnya di Gaza, yang memicu protes terhadap pemerintah Netanyahu pada akhir pekan lalu.
Dalam pernyataan tersebut, Gedung Putih menyebutkan bahwa Biden "menyampaikan keterkejutan dan kemarahannya atas pembunuhan tersebut, dan menegaskan kembali pentingnya mempertanggungjawabkan para pemimpin Hamas."
Menurut pernyataan tersebut, Biden dan Harris menerima pembaruan dari tim negosiator Amerika "mengenai status proposal jembatan" yang diusulkan oleh AS, Qatar, dan Mesir.
"Mereka membahas langkah-langkah selanjutnya dalam upaya berkelanjutan untuk mengamankan pembebasan sandera, termasuk melanjutkan konsultasi dengan mediator bersama Qatar dan Mesir," tambah pernyataan tersebut.
Selama pertemuan, hadir pula Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Direktur CIA Bill Burns, dan Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Biden, serta beberapa pejabat lainnya.
Sebelumnya, presiden AS mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak berpikir Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah melakukan cukup banyak untuk mengamankan kesepakatan sandera dengan Hamas.
Komentar tersebut disampaikan oleh presiden AS sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan saat tiba di Gedung Putih.
Presiden AS juga mengatakan bahwa ia percaya kesepakatan final untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok Palestina sangat "dekat."
Israel memperkirakan bahwa lebih dari 100 sandera masih ditahan oleh kelompok Palestina Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diperkirakan telah tewas.
Selama beberapa bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 40.700 orang Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.100 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus-menerus di wilayah tersebut telah menyebabkan kekurangan parah pangan, air bersih, dan obat-obatan, meninggalkan sebagian besar wilayah dalam kondisi rusak.
Israel, melalui jalur Mahkamah Internasional, telah menghadapi tuduhan genosida atas tindakan barbarnya di Gaza.
Sumber: Anadolu