Jejak ekonomi di kawasan industri IMIP

id IMIP, cuan,indusri,nikel,morowali,indonesia Oleh Rangga. M

Jejak ekonomi di kawasan industri IMIP

Seorang pekerja di PT. IRNC kawasan IMIP mengecek Cold Rolling Production (CRP). CRP merupakan hasil olahan nikel. Foto : ANTARA/ (Rangga. M)

Morowali (ANTARA) - Di tepi Teluk Tolo, berdiri sebuah wilayah yang dulu nyaris tak terjamah peta investasi. Namanya Bahodopi. Dahulu, ia hanya kampung nelayan dan petani. Namun, sejak langkah raksasa industri menjejak di tanahnya, Bahodopi tak lagi sama.

Kilau nikel dari perut bumi telah menyala, membangunkan mimpi, dan mengalirkan cuan ke saku-saku warga.

Amanat Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa proses hilirisasi seharusnya dilaksanakan untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya. Nikel, si logam putih keperakan, menjadi anak emas dalam strategi hilirisasi Presiden Joko Widodo kala itu.

Pada 2015, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, resmi beroperasi.

Empat tahun kemudian, kawasan ini diangkat menjadi Proyek Strategis Nasional dan Objek Vital Nasional. Gelar ini menjadi tanda bahwa IMIP punya peran strategis untuk negara.

Dari 2.000 hektare, kemudian mencapai angka 4.000 hektare lahan, kini tumbuh kota industri yang hidup 24 jam sehari. Jumlah pekerja mencapai 84.336 orang hingga 2023, dan meningkat mendekati 100.000 orang di penghujung 2024.

Mereka datang dari berbagai penjuru. Sulawesi, Jawa, Sumatera, Maluku, hingga Papua, mencari rezeki dari kilau logam yang kelak disebut-sebut sebagai tulang punggung baterai kendaraan listrik dunia.

Dari jumlah itu, 93 persen adalah putra-putri Sulawesi dan sisanya 7 persen datang dari luar pulau. Para pekerja ini menjadi nadi penggerak, operator mesin, teknisi produksi, penerjemah, serta koordinator dan supervisor.

Salah satu UMKM di Bahodopi, Kabupaten Morowali. Foto : ANTARA/HO (Dokumentasi PT.IMIP)



UMKM Menjamur, Cuan Mengalir

Tak lengkap rasanya menulis kisah tanpa melihat langsung dengan mata kepala. Pada 6 Juli 2025, saya menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di kawasan IMIP.

Pesawat Wings Air dari Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, Palu, mengantarkan saya ke Bandara Maleo Morowali. Dari sana, perjalanan darat selama sekitar empat jam membawa saya bersama belasan jurnalis lainnya menuju Bahodopi. Ini merupakan Media Tour yang digelar IMIP, sebagai wujud komitmen terhadap keterbukaan informasi dan akurasi publikasi.

Memasuki kecamatan ini, pemandangan yang dulu berisi hamparan sawah dan pohon kelapa kini berubah wajah. Lahan-lahan itu telah menjelma menjadi deretan kos-kosan, warung makan, dan toko kebutuhan pokok.

Hilirisasi memantik pertumbuhan ratusan ribu UMKM, bak tunas yang menemukan musim hujan. Warga yang dahulu bergantung pada laut atau kebun kini beralih menjadi pemilik usaha.

"Sebagian dari mereka juga beralih profesi sebagai pemasok bahan makanan untuk karyawan. Sebagian lainnya memilih untuk menjadi pekerja," ujar Emilia Bassar, Direktur Komunikasi PT IMIP.

Data BPS pada 2016 menunjukkan aktivitas ekonomi Morowali meningkat hingga 60 persen akibat pertumbuhan industri di IMIP. Investasi yang masuk pun terus mengalir, dari USD 20,9 miliar pada periode 2015–2022 menjadi USD 31,68 miliar per Mei 2024.

Lima tahun terakhir, geliat ini tercatat meningkat signifikan sebesar 62,7 persen. Data per Maret 2025 menunjukkan ada 7.643 unit usaha aktif, menyerap 16.705 tenaga kerja, mulai dari kios Pertamini yang sekaligus menjual kebutuhan sehari-hari (981 unit), kios minuman (735 unit), kios makanan semi permanen (670 unit), hingga konter ponsel, bengkel, toko pakaian, dan kios perlengkapan kerja.

“Dominasi UMKM dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sangat besar. Sektor UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mendukung pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) di daerah,” kata Emilia.

Kota Industri Tak Pernah Tidur

Tsinghan Wisma IMIP menjadi persinggahan dan tempat beristirahat setelah perjalanan panjang Palu–Morowali. Namanya wisma, tapi fasilitasnya bak hotel bintang lima.

Tung… tung… tung… bunyi dentang besi berpadu dengan dengung. Waktu menunjuk pukul 02.00 WITA, namun kawasan ini tak mengenal malam. Dari jendela kamar wisma, pemandangan yang terlihat sama persis seperti enam jam sebelumnya. Lampu sorot menyala tanpa lelah, pekerja berlalu-lalang, dan cerobong memuntahkan asap ke langit.

Puluhan ribu pekerja hidup dalam siklus tiga kali pergantian sif, masing-masing delapan jam. Seperti jarum jam yang terus berputar, tak ada yang berhenti.

"Iya, di sini siftnya 8 jam kerja," tutur Qadri, salah satu karyawan IMIP.

Di setiap pergantian sif, Jalan Trans Sulawesi di luar kawasan industri berubah menjadi arus deras kendaraan. Kendaraan karyawan mengular panjang. Kemacetan menjadi semacam penanda pergantian "denyut" kawasan ini.

Pekerjaan Rumah IMIP: Dari Lingkungan hingga Pelindungan Kerja

Industri ini mengolah bijih nikel siang malam, mengubahnya menjadi logam berharga yang mengalir ke pasar dunia. Namun, di balik gemuruh itu, tersimpan pula pekerjaan rumah terkait keselamatan kerja dan dampak lingkungan.

Pekerjaan rumah tersebut sedikit demi sedikit diselesaikan IMIP. Dari sisi lingkungan, mereka menenun hamparan hijau dan energi bersih. Langkah pertamanya adalah kendaraan listrik. Di setiap sudut kawasan, deretan electric vehicle melaju tanpa asap, mendukung transisi energi yang digaungkan pemerintah.

Pabrik-pabrik pendukung pun dibangun, membentuk klaster kendaraan listrik layaknya ekosistem yang saling menghidupi.

IMIP juga menyalakan obor energi ramah lingkungan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLTS seluas 224,73 hektare menyerap cahaya siang dan mengubahnya menjadi daya 200 MW.

Di sisi lain, transisi menuju PLTG terus didorong, salah satunya lewat pemanfaatan PLTU Gas Buang oleh tenant di kawasan.

Pengelolaan limbah dan pengawasan kualitas udara dilakukan sesuai aturan pemerintah demi memastikan langit Morowali tetap biru.

Di luar kawasan, IMIP menanam hutan baru di dalam air. Mangrove yang menahan gelombang serta terumbu karang yang direhabilitasi lewat transplantasi. Sementara di daratan, 270 hektare lahan tambang direhabilitasi dan dihijaukan kembali.

"Kami terus berkomitmen untuk menjaga lingkungan, baik di dalam maupun di luar kawasan industri PT IMIP," tutur Emilia Bassar.

Seorang jurnalis sedang mencoba Virtual Reality (VR), simulasi kecelekaan kerja. VR ini disediakan oleh PT Dexin Steel Indonesia (DSI) untuk pekerja dalam mengurangi resiko kecelakaan. Foto : ANTARA/ (Rangga. M)


Pekerjaan rumah IMIP dalam menjaga nyawa pekerjanya juga dilakukan. Dari sekitar 50 tenant yang berdiam di kawasan itu, 23 di antaranya sudah mengantongi sertifikat SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

"Kemarin, semua insiden yang terjadi di kawasan IMIP sudah kami laporkan ke Dinas Tenaga Kerja Provinsi. Setiap pekerja kami bekali peta jalan SOP sebelum melangkah. Kami pun rutin mengasah keterampilan mereka lewat pelatihan dan sertifikasi," ungkap HR Head PT IMIP, Achmanto Mendatu, kepada Menteri Ketenagakerjaan RI, Immanuel Ebenezer Gerungan, saat berkunjung ke kawasan PT IMIP beberapa waktu lalu.

Saat berada di kawasan IMIP, saya dan belasan jurnalis lain diajak ke sejumlah tenant. Salah satunya adalah PT Dexin Steel Indonesia (DSI).

Bukan untuk melihat produksi nikel, melainkan pameran "perisai" untuk para pejuang pabrik, seperti helm hingga pakaian kerja layaknya zirah.

Bahkan, teknologi modern hadir dalam wujud Virtual Reality (VR) yang membawa pekerja baru masuk ke dunia simulasi. Mereka dapat merasakan kerja lapangan tanpa harus menjejakkan kaki di tengah mesin. VR bak menjadi guru tak kasatmata yang mengajarkan gerak aman di tengah potensi risiko.

Bagi IMIP, PT DSI, dan sejumlah tenant lain, keselamatan kerja bukan sekadar aturan, melainkan pagar yang menjaga agar roda industri berputar tanpa mengorbankan nyawa.

Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar dalam jumpa pers Pencapaian PT IMIP 2024 di Jakarta, Rabu (18/12/2024). ANTARA/Harianto


Dari IMIP untuk Negara

Jejak IMIP di lembar pendapatan negara juga tak terbantahkan. Triliunan rupiah mengalir untuk negeri setiap tahunnya. Pada 2023, pajak IMIP mencapai 1,16 miliar dolar AS, atau sekitar Rp18,68 triliun (kurs Rp16.100 per dolar AS), meski jumlah itu sedikit surut dibandingkan 2022.

"Nah, ini untuk royalti atau pajak yang sudah kita bayar ke negara di tahun 2023," ujar Emilia.

Tak hanya pajak, kantong investasi yang digelontorkan IMIP selama satu dekade terakhir pun bak bendungan raksasa yang terus terisi. Totalnya mencapai 34,3 miliar dolar AS atau setara Rp552,23 triliun pada periode 2015–2024. Angka ini menanjak dari catatan sebelumnya, 29,6 miliar dolar AS (2015–2022) dan 30,14 miliar dolar AS (2015–2023).

Dari jalur ekspor, devisa yang mengalir ke Tanah Air hingga November 2024 mencapai 14,45 miliar dolar AS atau sekitar Rp232,65 triliun.

Berdiri sejak 2013, peningkatan ini berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Morowali, yang per Juni 2024 mencapai Rp346,381 miliar.

Yang juga perlu diketahui, IMIP merupakan pengelola kawasan industri terpadu, bukan perusahaan tambang. Di dalamnya terdapat 56 tenant, termasuk perusahaan tambang, smelter, dan manufaktur lainnya. IMIP menyediakan infrastruktur dan mengelola kawasan, agar tenant bisa beroperasi secara efisien dan terintegrasi.

Tenant-tenant itu datang dari berbagai penjuru bumi. Tiongkok, Jepang, Australia, India, dan tentu saja tanah air sendiri.

Bahodopi, Morowali, kini berdiri sebagai saksi bahwa di balik kilau nikel, ada denyut kehidupan, harapan, dan cuan yang terus mengalir untuk negeri.


Editor : Andilala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.