Palu, (Antaranews Sulteng) - Ikan bandeng produksi petambak di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mulai memasuki pasar ekspor meski masih dalam jumlah kecil karena terbatasnya sarana pembekuan dan gudang pendingin untuk mengakumulasi suplai dari petambak.
"Kami sudah satu kali mengekspor sebanyak 32 ton pada 2 Maret 2018 dan ekspor kedua akan dikapalkan lagi di Pelabuhan Pantoloan Palu pada Jumat (23/3) sebanyak 32 ton dengan tujuan Kolombo, Srilanka," kata Yos Prakosa, Direktur PT. Ocean Mega Persada saat diterima Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Kamis.
Menurut Yos, pihaknya mendapat dukungan dari Dinas KP Sulteng dan Kabupaten Parigi Moutong untuk memanfaatkan gudang pendingin ikan di Desa Bolano, Kecamatan Lambunu, Kabupaten Parigi Moutong, yang selama ini kurang fungsional untuk direnovasi dan dilengkapi dengan ruang pembekuan (air blast freezer-ABF).
Dengan sarana dan fasilitas tersebut, kata Yos, pihaknya bisa menampung ikan bandeng hasil produksi petambak lokal untuk kemudian diekspor menggunakan kontainer melalui pelabuhan Surabaya, Jawa Timur.
"Sebenarnya kami bisa mengekspor lebih banyak dari 32 ton tersebut, karena pemrintaan di Srilanka mencapai 100 sampai 150 ton/bulan, namun karena ABF kami hanya berkapasitas 3,5 ton, maka volume ekspor disesuaikan baru sekitar 60-an ton/bulan," katanya.
Pada tahap awal ini, kata Yos yang didampingi mitra bisnisnya dari Hong Kong, Wang, ikan bandeng yang diekspor ke Kolombo masih terbatas pada ukuran kecil yakni 70 sampai 100 ekor per 10 kg, atau seberat 125 gram per ekor, karena jenis ini akan dijadikan umpan untuk menangkap tuna.
"Namun ke depan, kami juga akan menampung ikan ukuran lebih besar yakni 300 sampai 500 gram/ekor untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor ke China," ujarnya.
Pihak Ocean Mega Persada sendiri sedang memperluas ABF di Bolano dari 3,5 ton menjadi 8,5 ton sekali pembekuan yang diharapkan sudah operasional pada awal April 2018 sehingga volume ekspor bisa memenuhi permintaan mitra dagang di Kolombo yakni 100 sampai 150 ton/bulan.
Sementara itu Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo menyambut gembira pelaksanaan ekspor ikan bandeng tersebut sebagai yang pertama kali di daerah itu karena akan memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petambak bandeng.
"Sejak investor ini masuk, petambak lokal menikmati nilai tambah rata-rata Rp5.000/kg, karena sebelumnya, harga pasar rata-rata hanya Rp8.000/kg untuk ukuran ikan 125 gram/ekor, kini naik menjadi Rp13.000/kg," ujarnya.
Ke depan, kata Atjo, pihaknya akan petambak agar memproduksi ikan ukuran besar karena nilai tambah yang akan diperoleh petambak akan lebih tinggi sekalipun masa pemeliharaan lebih lama. Apalagi, pasar ekspor ikan bandeng dalam ukuran kecil untuk umpan ikan tuna tidak stabil, namun bandeng ukuran komsumsi akan tetap besar baik di dalam maupun di luar negeri.