Huntara PUPR di Palu mulai dihuni

id Huntara ,PUPR,Kementerian PUPR,Sulteng,Pengungsi

Huntara PUPR di Palu mulai dihuni

Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Silae ini menjadi hunian yang pertama dihuni pengungsi. Mulai Senin (17/12) pemerintah mulai relokasi pengungsi ke huntara. Huntara tersebut dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). (Antaranews Sulteng/Muh. Arsyandi)

Palu (Antaranews Sulteng) - Relokasi pengungsi korban bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, dari tenda-tenda ke hunian sementara (huntara) yang dibangun Kementerian PUPR dimulai, Senin.

Sedikitnya 29 kelapa keluarga (KK) mulai menempati hunian sementara (huntara) sumbangan Kementerian  Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)  yang berada di Kelurahan  Silae bersebelahan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Silae.

Ketua Harian Pusat Komando Satuan Tugas (Satgas) Pelaksana Penanganan Bencana Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto menjelaskan bahwa di Kelurahan Silae sudah berdiri 10 unit huntara yang setiap unit terdiri atas 12 bilik dan setiap bilik ditempati satu KK.

"Ini yang pertama kita lakukan pemindahan pengungsi dari selter pengungsian ke huntara. Tiap bilik dapat menampung sampai lima anggota keluarga. Untuk hari ini 29 KK dulu sambil kita mengevaluasi melalui respon pengungsi yang menempati huntara itu," kata Arie.

Huntara di lokasi itu dilengkapi sejumlah fasilitas seperti MCK umum, lampu penerangan dan tempat penampungan air bersih. Dalam tiap bilik juga dilengkapi kasur, kompor gas dan beras lima liter bagi penghuni sumbangan Kementerian Sosial (Kemensos).

"Yang sekarang siap 139 unit huntara dari 697 unit yang sedang dikerjakan. Kita upayakan 699 huntara bisa siap akhir tahun 2018 dan bisa segera dihuni oleh para pengungsi," ucap Arie.

Sementara itu Sekretaris Provinsi Sulteng Hidayat Lamakaret usai meninjau huntara di Kelurahan Silae bersama tim dari Kementerian PUPR dan Pemerintah Kota Palu mengatakan bahwa evaluasi penting dilakukan sebab tidak semua pengungsi mau menempati huntara .

"Tidak semua mau menempati huntara kolektif ini. Makanya akan dibangunkan huntara mandiri. Huntara mandiri itu hunian yang dibangun  di sekitar rumah mereka yang tidak layak huni lagi atau di lahan rumah milik pengungsi. Kita mencegah jangan sampai pemerintah sudah bangun 697 unit malah banyak yang kosong," jelas Hidayat.

Olehnya Hidayat yang juga Ketua Pusat Data dan Informasi Bencana (Pusdatina) menerangkan saat ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah bersama Pemerintah Kota Palu, Pemerintah Kabupaten Sigi dan Donggala terus mengevaluasi dan memperbarui data penghuni huntara dengan melakukan survei di lapangan.

"Data ini kita berita kepada pemerintah kabupaten dan kota hingga ke kecamatan, kelurahan sampai RW dan RT untuk memfinalkan data penghuni huntara dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan,"sambung Hidayat.

Berdasarkan data Pusdatina Sulteng per 6 Desember,  jumlah pengungsi di Palu Sigi dan Donggala sebanyak 164.626 jiwa atau 50.422 KK yang tersebar di 333 titik pengungsian  dengan rincian Kota Palu 36. 677 jiwa atau 10.356 KK di 127 titik pengungsian.

Selanjutnya di Kabupaten Sigi sebanyak 90. 603 jiwa atau  28.588 KK di 154 titik pengungsian  dan di Donggala sebanyak 36. 346 jiwa atau 11.478 KK di 52 titik pengungsian.
 

Huntara yang dibangun Kementerian PUPR di Kelurahan Duyu, Palu, ini sedang menanti penghuni (Antaranews Sulteng/Muh, Hamzah)