"Ada beberapa yang kita bahas, seperti teknologi batu bara untuk pembangkit listrik, energi terbarukan ke depan bagaimana. Mereka juga mau menjajaki kerja sama geotermal," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan kepada Antara di Beijing, Selasa (9/7) malam.
Dalam forum bilateral dua tahunan itu, delegasi Indonesia beranggotakan 50 orang yang terdiri dari Kementerian ESDM, PT Perusahaan Gas Negara (PGN), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan PT Pertamina untuk bertemu dengan kompatriot mereka dari China.
Partner PGN dari China berkeinginan mendukung operasional PGN di dalam negeri dan pengembangan bisnis di luar negeri.
PGN sebelumnya pernah bermitra dengan Beijing Gas sebagai salah satu perusahaan yang menyalurkan gas di Kota Beijing.
"Sekarang kita coba untuk revisi, kira-kira ke depan seperti apa karena kami ingin kerja sama terus dilakukan," kata Direktur Utama PT PGN Gigih Prakoso.
Baca juga : Indonesia bisa manfaatkan efek perang dagang AS-China
Peneliti: Perang dagang China-AS beri Indonesia peluang
Sementara dengan Pertamina, pihak China juga membicarakan beberapa hal yang berpotensi untuk dikerjasamakan.
"Yang sudah ada pembicaraan kemarin adalah masalah perpipaan. Kebetulan mereka dalam proses tender di Lawe Lawe (Kalimantan Timur). Jadi termminal 'pipeline' (di Lawe Lawe) itu memang besar pengolahannya," kata Direktur Perencanaan, Investasi, dan Manajemen Risiko PT Pertamina Heru Setiawan.
Di sektor batu bara, dalam forum tersebut Indonesia menyampaikan pentingnya substitusi batu baru menjadi "dimethyl ether" (DME) sebagai bahan bakar alternatif.
"Dengan adanya proyek ini diharapkan bisa mensubstitusi sebesar 1,8 juta ton per tahun sehingga impor kita berkkurang. Makanya kita adopsi teknologinya yang banyak berada di Mongolia Dalam sebagai sentra batu bara terbesar di China," ujarnya.
Masalah biofuel juga disinggung dalam pertemuan tersebut, terutama saat pertemuan antarmenteri.
Demikian halnya dengan geotermal. Meskipun tidak menyebutkan data spesifik, seperti lokasi, Indonesia bisa memanfaatkan hasil riset geotermal China.
"Kalau biayanya ternyata lebih rendah kita manfaatkan di dalam negeri karena energi itu selain tertrsedia juga harus bisa dijangkau masyarakat," kata Heru.
ICEF ke-5 digelar di Indonesia pada 2017.