Wall Street ditutup turun tertekan kekhawatiran resesi dan data yang suram

id Wall Street,indeks komposit nasdaq,indeks dow jones,indeks s&p,bursa saham,resesi ekonomi

Wall Street ditutup turun  tertekan kekhawatiran resesi dan data yang suram

Illustrasi: Pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat (REUTERS/Brendan McDermid)

New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street lebih rendah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena pasar diguncang oleh kekhawatiran baru atas potensi resesi dan investor mencerna data kepercayaan konsumen terbaru yang suram.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 120,93 poin atau 0,47 persen, menjadi berakhir di 25.777,90 poin. Indeks S&P 500 berkurang 9,22 poin atau 0,32 persen, menjadi ditutup di 2.869,16 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir turun 26,79 poin atau 0,34 persen, menjadi 7.826,95 poin.

Lebih setengahnya dari 30 saham-saham unggulan atau blue-chips di Dow memperpanjang kerugian di sekitar bel penutupan, dengan saham UnitedHealth Group turun lebih dari 3,53 persen, memimpin kerugian.

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 diperdagangkan lebih rendah di sekitar penutupan pasar, dengan sektor keuangan turun 0,7 persen, memimpin kemerosotan secara sektoral.

Saham JM Smucker anjlok hampir 8,2 persen, setelah produsen makanan AS itu melaporkan laba yang lebih buruk dari perkiraan untuk kuartal kedua.

Imbal hasil surat utang pemerintah AS jangka panjang mundur tajam pada Selasa (27/8/2019). Spread antara suku bunga obligasi pemerintah 10-tahun yang dijadikan acuan dan imbal hasilobligasi 2-tahun menimbulkan kurva hasil terbalik yang mengkhawatirkan, secara luas dianggap sebagai prekursor dari resesi masa depan.

Di sisi ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen The Conference Board jatuh ke 135,1, dari rebound Juli di 135,8, kata kelompok riset bisnis AS itu pada Selasa (27/8/2019).

"Penilaian konsumen terhadap kondisi saat ini semakin meningkat ... Harapan mendingin secara moderat, tetapi secara keseluruhan tetap kuat," kata Lynn Franco, Direktur Senior Indikator Ekonomi di The Conference Board, dalam sebuah pernyataan.

"Jika eskalasi baru-baru ini dalam ketegangan perdagangan dan tarif berlanjut, itu berpotensi dapat meredam optimisme konsumen mengenai prospek ekonomi jangka pendek," kata Franco.