Jalan layang dapat kurangi resiko tsunami di Teluk Palu di masa depan

id Bappenas ,Palu,Kota Palu,Tsunami

Jalan layang dapat kurangi resiko tsunami di Teluk Palu di masa depan

Kondisi jembatan kuning yang merupakan jalan penghubung antara Kelurahan Besusu dan Lere yang ambruk akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9/2018). Dampak dari gempa 7,7 SR tersebut menyebabkan sejumlah bangunan hancur dan sejumlah warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.

Palu (ANTARA) - Setelah menggelar diskusi ilmiah panel ahli dan kunjungan lapangan yang difasilitasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Kota Palu, Agustus lalu, para ahli nasional merekomendasikan pembangunan jalan layang atau elevated road di kawasan pesisir Kota Palu.

"Dalam upaya rekonstruksi dan rehabilitasi, panel ahli merekomendasikan pembangunan elevated road sebagai jalur utama logistik di Sulawesi Tengah. Elevated road ini dapat pula difungsikan sebagai pengontrol tata ruang di kawasan zona merah dan juga dinilai dapat mereduksi energi tsunami,"kata Ketua Kelompok Kerja II Bidang Pemulihan Infrastruktur Wilayah Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris yang dikutip Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola melalui Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Pemprov Sulteng, Harus Kariming di Palu, Sabtu.

Jalan layang tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko terhadap ancaman tsunami yang akan terjadi di wilayah pesisir Kota Palu di masa yang akan datang. Mengingat pesisir Kota Palu merupakan teluk.

Rekomendasi para ahli itu, lanjutnya, tertuang dalam surat Bappenas nomor 10716/Dt.6.1/08/2019 perihal penyampaian rekomendasi ahli nasional tentang perlindungan pesisir Palu terhadap ancaman tsunami, gempa bumi dan likuefaksi yang ditandatangani Direktur Pengairan dan Irigasi selaku Ketua Kelompok Kerja II Bidang Pemulihan Infrastruktur Wilayah Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris (29/8).

"Untuk mengetahui secara detail efek reduksi terhadap tsunami, elevated road beserta integrasinya dengan infrastruktur pengamanan pantai kritis perlu dimodelkan berdasarkan skenario kejadian bencana terakhir (tahun 2018 dengan tinggi tsunami 3-5 meter dan periode 4 menit),"ujarnya.

Dengan demikian, lanjutnya, rancangan tinggi elevated road harus disesuaikan dengan fungsi barunya, yaitu sebagai peredam energi tsunami dan pelindung dari gelombang tinggi sehingga elevasi bisa direduksi.

Para ahli juga menekankan perlunya pemilihan material yang tepat dalam pembangunan pengaman pantai dan elevated road untuk menghindari efek secindary disaster jika terjadi tsunami.

"Untuk itu, pemodelan fisik laboratorium harus mampu memperlihatkan perilaku material pada saat kejadian tsunami,"katanya.

Haris menerangkan, para ahli tersebut juga menekankan perlunya penyusunan detail engineering design tentang perencanaan drainase di bagian belakang elevated road. Elevated road pada ketinggian tertentu dapat mencegah terjadinya rob, tetapi di sisi lain dapat menghambat aliran drainase ke arah laut.

Untuk itu, desain elevated road yang dibuat harus tahan terhadap air laut dan intrusi air laut. Selain itu, daerah di belakang elevated road harus diperlakukan sebagai polder yang dilengkapi dengan pompa dan dikelola dengan prinsip air yang tepat,"jelasnya.

Baca juga: Akhir dari romantisme Jembatan Kuning di Palu
Baca juga: Jembatan kuning Palu akan direkonstruksi