Pameran foto toleransi umat beragama Indonesia digelar di Belgia

id Brusel,KBRI Belgia,pameran foto,toleransi beragama Indonesia

Pameran foto toleransi umat beragama Indonesia digelar di Belgia

Dubes RI untuk Belgia, Yuri Octavian Thamrin, dan President of the Chamber of Representatives of Belgium, Patrick Dewael, membuka pameran photo mengusung tema “Bhinneka Tunggal Ika; Harmony of Indonesia in Pictures”,di ruangan Peristyle Room di Parlemen Federal Belgia. Selasa (19/11). (FOTO ANTARAKBRI)

London (ANTARA) - Puluhan foto mengenai toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia kary tiga fotografer muda berbakat asal Belgia Nick Somers dan Boris Vermeersch serta Nathan Ishar dari Jerman, dipamerkan di ruangan Peristyle Room Parlemen Federal Belgia.

Sekretaris Pertama Pensosbud KBRI Brusel Dara Yusilawati kepada ANTARA di London, Rabu menjelaskan bahwa foto yang dipamerkan itu antara lain lanskap masjid dan gereja bersandingan, warga Muslim mengunjungi gereja dan kuil, berbagai foto orang yang sedang beribadah, dan foto lainnya yang menggambarkan keberagaman di Indonesia.

Pameran bertema "Bhinneka Tunggal Ika; Harmony of Indonesia in Pictures" itu dibuka Dubes RI untuk Belgia, Yuri Octavian Thamrin, dan President of the Chamber of Representatives of Belgium, Patrick Dewael, Selasa (19/11)

Ia menjelaskan Dubes Indonesia dalam kesempatan itu memperkenalkan Indonesia dan keragaman yang dimiliki dalam ragam bahasa, etnik, dan juga agama kepada diplomat yang hadir, seperti anggota Parlemen Belgia sejumlah Dubes ASEAN di Belgia, undangan dan media.

Indonesia digambarkan sebagai sebuah huge patchwork (karya seni kain), yang jika dilihat secara parsial, maka akan terlihat berantakan, namun setelah ditata dengan baik, maka terlihat indah.

"Meskipun dibangun dari 'huge patchwork' namun sebagai bangsa, Indonesia tetap bersatu dan solid, dan tetap Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Sementara itu, Presiden Parlemen Belgia Patrick Dewael menyambut dengan antusias pergelaran foto di Parlemen Belgia serta memandang penting hubungan bilateral Belgia dan Indonesia, yang tahun ini berusia 70 tahun.

Nick Somers dan Boris Vermeersch merupakan peserta program fotografi yang diselenggarakan KBRI Brussel dan Kementerian Agama RI pada Juli lalu.

Mereka berkesempatan berkunjung ke Jakarta, Semarang, Magelang, Muntilan, Yogyakarta, Solo, Malang, Surabaya dan Bali untuk melihat langsung bagaimana kehidupan beragama masyarakat Indonesia sehari-hari. Meskipun singkat, kunjungan itu telah memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Indonesia.

Dalam program yang berbeda, Nathan Ishar berkunjung ke Indonesia melalui program Indonesia Interfaith Scholarship (IIS) pada Agustus lalu, khususnya Jakarta, Yogyakarta dan Bali.

Program IIS diadakan KBRI Brussel dan Kementerian Agama sejak 2012, di mana tokoh, pejabat dan pemangku kebijakan dari Uni Eropa dan negara-negara Uni Eropa diberikan kesempatan untuk melihat secara langsung keberagaman dan toleransi, moderasi serta penerapan demokrasi di Indonesia.

Melalui lensanya, Nathan menyajikan berbagai momen penting dari penyelenggaraan kegiatan Indonesia Interfaith Scholarship .

Pameran foto ini diadakan dalam rangka perayaaan 70 tahun hubungan baik Indonesia dan Belgia. Sebelumnya, telah diselenggarakan Festival Indonesia di Pairi Daiza, resepsi diplomatik, kunjungan ke panti jompo, makan siang bersama para tunawisma, dan peresmian Rumah Budaya Indonesia.

Diharapkan pameran ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Indonesia, khususnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat Indonesia seperti toleransi, saling menghormati dan menjaga harmoni.

Ia memberi contoh seperti foto seorang Muslim mengenakan baju koko, adalah contoh akulturasi budaya Islam dan Tionghoa yang menarik perhatian pengunjung. Baju koko di Indonesia biasa dipakai kaum Muslim untuk melaksanakan ibadah shalat, sebenarnya terpengaruh oleh pakaian orang Tiongkok.

Semua foto itu dipilih sebagai satu rangkaian cerita yang saling terkait untuk menggambarkan keberagaman, harmoni dan toleransi dari kehidupan beragama di Indonesia, khususnya kepada khalayak umum di Belgia termasuk anggota Parlemen Belgia yang sebagian besar belum mengenal Indonesia.

Pameran berlangsung dari tanggal 19 November hingga 3 Desember mendatang di Parlemen Belgia terbuka untuk umum termasuk mahasiswa dan pelajar, demikian Dara Yusilawati .