Moskow (antarasulteng.com) - Direktur Pemberitaan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara
Akhmad Kusaeni mengajak media-media kawasan ASEAN dan Rusia untuk
memerangi penjajahan informasi oleh negara Barat.
"Kita harus melawan dominasi Barat dalam memandang dunia. Kita harus
berjuang mengikis jurang informasi yang ada," kata Akhmad Kusaeni saat
menyampaikan makalahnya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Media
ASEAN-Rusia di Moskow, Selasa.
"Media-media ASEAN sudah sepantasnya menuliskan ASEAN mereka
sendiri. ASEAN dan Rusia adalah rumah kita. Kita tahu persis apa yang
terjadi di halaman belakang rumah kita. Kita memiliki pengetahuan yang
lebih cakap dibanding sejumlah jurnalis dari media Barat yang
diterjunkan di negeri kita untuk sepekan atau sebulan, lantas mereka
menepuk dada mengaku ahli soal isu-isu di ASEAN atau Rusia," ujar dia
yang hadir sebagai salah satu pembicara dalam panel diskusi di rangkaian
acara tersebut dan menyampaikan makalah berjudul "Peran Media
ASEAN-Rusia Menjembatani Informasi".
Menurut Akhmad Kusaeni, negara-negara maju yang hanya memiliki satu
per tujuh populasi dunia telah mendominasi dua per tiga dari arus
informasi yang ada melalui sekitar 80 persen berita internasional
tersiar setiap harinya diproduksi oleh kantor-kantor berita negara
Barat.
Terjadinya pengendalian agenda informasi oleh media-media Barat di
wilayah berpenduduk dua per tiga populasi dunia atau sekitar 3,7 miliar
orang tidak bisa dibenarkan, katanya.
"Hal itu tidak memperlihatkan adanya tata informasi dunia baru,
melainkan bentuk imperialisme informasi dan kantor-kantor berita serta
media Barat tidak pada tempat yang tepat untuk mengontrol informasi
tentang ASEAN dan juga Rusia," ujarnya.
"Tidak adil membiarkan media Barat mendikte apa-apa saja yang ingin
mereka liput dan bagaimana cara menuliskan berita-berita ASEAN dan
Rusia, halaman belakang rumah kita sendiri," kata dia menambahkan.
Ia juga meyakini tidak adil bahwa media Barat dapat menentukan dan
merumuskan agenda terkait berita-berita apa saja yang boleh dan tidak
boleh muncul sebagai headline di media ASEAN, sembari menambahkan
reportase mereka kerap kali mengandung "syak wasangka dan
kesalahpahaman" tentang kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut, menurut dia
dipengaruhi akibat bias budaya dan politik Barat serta diwarnai juga
oleh bias ideologis.
Oleh karena itu, Akhmad Kusaeni menyerukan kepada para peserta KTT
tersebut untuk menaikkan nilai tawar dengan menantang dominasi Barat
agar menuliskan hasil peliputan sejumlah peristiwa kawasan dengan
objektif, adil dan berimbang.
Langkah tersebut, menurut dia, sebetulnya telah dimulai semenjak
era 1960-an kala beberapa negara berkembang, termasuk di Asia, berjuang
mendirikan tatanan penyebaran informasi dengan melawan ketimpangan yang
dikendalikan oleh negara-negara maju Barat.
Ia menyarankan, penguatan kerja sama di antara media-media di ASEAN
dan Rusia melalui peningkatan dialog antara perwakilan masing-masing
tingkatan serta jenis media yang ada demi memperkuat suara kawasan di
panggung global.
"Lingkaran media di ASEAN dan Rusia perlu meningkatkan
dialog-dioalog di level-level berbeda dan antara berbagai jenis media
seperti media cetak, stasiun radio dan televisi serta perkumpulan
jurnalis. Dialog semacam itu memainkan peranan penting dalam
meningkatkan saling pengertian serta kepercayaan dan membangun hubungan
konstruktif dan kooperatif antar komunitas media," tuturnya.
Selain itu kerja sama dan pertukaran di berbagai bidang, seperti
berita dan pewarta, juga perlu dilakukan di antara lingkaran media ASEAN
dan Rusia, seperti yang disepakati oleh Antara dengan kantor berita Ria
Novosty.
Selain Akhmad Kusaeni, panelis lain dalam diskusi tersebut adalah
Pemred Harian Nation Bangkok Kavi Chongkittavorn, Pemred Russian Beyond
the Headlines Eugene Abov, dan Wakil Pemred Ria Novosti Evgeny
Levchenko.
Hadir pula dalam acara tersebut Duta Besar RI untuk Rusia Djauhari
Oratmangun serta pakar hubungan internasional Universitas Indonesia Dewi
Fortuna Anwar.
Direktur Pemberitaan ANTARA Ajak Perangi Penjajahan Informasi
Kita harus melawan dominasi Barat dalam memandang dunia. Kita harus berjuang mengikis jurang informasi yang ada