Jakarta (ANTARA) – Satelit telah hadir sebagai infrastruktur digital tak kasatmata yang menjaga keberlangsungan komunikasi dan layanan digital modern di seluruh penjuru dunia. Satelit sendiri memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, mulai dari membawa siaran televisi ke masyarakat, mendukung navigasi lokasi, menjadi sarana komunikasi, membuka isolasi daerah terpencil, hingga berperan sebagai wadah prakiraan cuaca.
Satelit alami seperti Bulan, maupun satelit buatan manusia, merupakan benda yang mengelilingi sebuah objek dengan prinsip gravitasi sehingga tetap berada pada lintasan atau orbitnya. Satelit buatan manusia dengan berbagai teknologi yang tersemat di dalamnya menjalankan beragam fungsi untuk membantu aktivitas manusia, khususnya dalam berkomunikasi. Satelit berperan sebagai infrastruktur pendukung yang mendasari banyak layanan modern, termasuk pengembangan Internet of Things (IoT) di wilayah yang sulit dijangkau.
Bagi negara kepulauan seperti Indonesia dengan luas wilayah daratan dan maritim mencapai 6,4 juta km² serta terdiri atas sekitar 17.000 pulau, satelit telah menjadi kebutuhan strategis. Kehadiran infrastruktur satelit di langit Nusantara sangat dibutuhkan untuk menjamin pemerataan konektivitas, menjaga kedaulatan data nasional, serta menopang ketahanan sistem informasi nasional.
Sebagai anak usaha dari PT Telkom Indonesia yang bergerak dalam pengelolaan satelit nasional, PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) berkomitmen memperkuat konektivitas ruang digital Indonesia. Komitmen tersebut diwujudkan melalui upaya membuka isolasi wilayah terpencil agar tetap terhubung dengan akses informasi digital, sekaligus menghadirkan pemerataan layanan konektivitas setara dengan wilayah lainnya.
Melalui pengoperasian lima satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) yang mengorbit di ketinggian sekitar 35.786 kilometer di atas permukaan bumi serta eksplorasi konstelasi satelit Low Earth Orbit (LEO) pada ketinggian 200 hingga 2.000 kilometer, Telkomsat memperkuat cakupan layanannya di wilayah Indonesia dan Asia. Di sisi lain, perusahaan juga terus berinovasi menghadirkan layanan yang relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa depan, seperti IoT, dan Earth Observation (EO).
Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd Rauf menyatakan kesiapan perusahaan dalam menjaga konektivitas masa depan.
“Konektivitas berbasis satelit akan tetap menjadi elemen kunci dalam arsitektur jaringan nasional, terutama untuk menjamin keandalan komunikasi di wilayah terpencil maupun untuk kebutuhan strategis negara. Telkomsat terus berkomitmen menghadirkan layanan yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat,” ungkap Lukman.
Seiring perkembangan transformasi digital global, teknologi satelit tidak lagi dipandang semata sebagai solusi konektivitas saat ini, melainkan sebagai fondasi strategis bagi masa depan ekosistem digital nasional. Kebutuhan akan layanan berbasis data, konektivitas lintas sektor, serta komunikasi yang semakin real-time menuntut infrastruktur yang adaptif, tangguh, dan berkelanjutan.
Memasuki tahun 2026, Telkomsat telah menyiapkan langkah strategis untuk menjawab tantangan tersebut melalui penguatan kapabilitas teknologi, kesiapan operasional, serta pengembangan portofolio layanan berbasis multi-orbit. Langkah ini mencakup optimalisasi layanan GEO yang telah beroperasi, pengembangan ekosistem LEO, serta kesiapan layanan generasi berikutnya yang mendukung kebutuhan nasional di masa depan.
Lukman juga menegaskan bahwa satelit memiliki peran yang sangat krusial dalam mewujudkan kedaulatan digital serta pemerataan konektivitas nasional.
“Berdasarkan berbagai data, masih terdapat sejumlah wilayah di Indonesia yang tergolong area minim sinyal atau blank spot. Namun, kondisi tersebut dapat diatasi secara bertahap melalui pemanfaatan teknologi satelit, khususnya dalam mendukung pemantauan sumber daya alam, mitigasi bencana, serta pengelolaan wilayah perairan secara mandiri,” ujarnya.
Dengan posisi geografis Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif serta diapit dua benua dan dua samudra, menjadikan Indonesia rentan terhadap berbagai bencana alam. Dalam kondisi darurat, satelit berperan sebagai tulang punggung komunikasi dan pemantauan ketika infrastruktur terestrial tidak tersedia atau mengalami gangguan.
Peran strategis tersebut memungkinkan percepatan koordinasi tanggap darurat, distribusi bantuan yang lebih tepat sasaran, serta pemantauan dampak bencana secara real-time. Oleh karena itu, satelit menjadi kunci dalam mewujudkan keadilan akses informasi sekaligus mendorong terciptanya pemerataan dan keberlanjutan konektivitas digital di seluruh pelosok negeri.
#DiscoverNewHorizons
