BMKG sebut hujan di musim kemarau gangguan atmosfer

id BMKG, BMKG IV Makassar, hujan di musim kemarau, dampak banjir, akibat anomali, ganguan atmosfer, Sulawesi Selatan, banji

BMKG sebut hujan di musim kemarau gangguan atmosfer

Suasana Kantor BMKG Wilayah IV Makassar, Sulawesi Selatan. ANTARA/Darwin Fatir.

Makassar (ANTARA) - Badan Meteriologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, menyebutkan intensitas hujan sering terjadi di saat musim kemarau disebabkan an¹omali atau gangguan terhadap atmosfer bumi.

"Hujan yang terjadi belakangan terakhir bahkan masih berlangsung hingga hari ini merupakan sebuah anomali atau terdapat suatu gangguan dalam dinamika atmosfer dimana terdapat peran interaksi antara lautan dan atmosfer," ujar Prakiraan BMKG Wilayah IV Makassar, Esti Kristantri, Sabtu.

Ia menjelaskan, beberapa gangguan atmosfer yang terpantau yaitu terdapat pertemuan massa udara (konvergensi) yang mampu meningkatkan dan mendukung aktivitas pertumbuhan awan awan konvektif yang berpotensi menimbulkan hujan lebat.

Selain itu, adanya faktor lain berupa suhu muka laut terutama di perairan Selat Makassar bagian Selatan dan sekitarnya yang cukup hangat yang akan berkontribusi dalam percepatan pertumbuhan awan awan hujan.

"Perlu menjadi perhatian, bahwa, musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan, terdapat hujan namun intensitasnya berkurang," tutur Esti mengungkapkan.

Menanggapi pertanyaan mengapa bisa terjadi hujan lebat hingga mengakibatkan banjir pada empat wilayah seperti Kabupaten Sinjai, Bulukumba, Bantaeng dan Jeneponto, kata dia, seperti dijelaskan bahwa terdapat faktor pengganggunya di atmosfer

"Kondisi seperti ini biasanya tidak berlangsung lama, tergantung fenomena yang mengganggu atmosfer ini seberapa lama akan hilang. Dan biasanya tiga hari atau paling lama seminggu sudah kembali normal," katanya menjelaskan.

Berdasarkan prediksi akumulasi curah hujan tanggal 9-14 Juli 2021 dari BMKG, sebagian wilayah di Sulsel masih berpotensi hujan sedang hingga lebat. Selain itu, wilayah lain di Pulau Sulawesi seperti Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara juga diprediksi akan mengalami fenomena yang sama hingga lima hari ke depan.

Dari hasil monitoring prakiraan cuaca dari BMKG tersebut, pemangku kebijakan di daerah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu dalam rangka peningkatan kapasitas, kesiapsiagaan dan mempersiapkan mitigasi bencana.

Bagi masyarakat juga diimbau untuk waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor maupun angin kencang.

Sebelumnya, intensitas hujan sering kali turun hampir setiap hari dengan intensitas bervariasi, ringan, sedang hingga tinggi pada sebagian wilayah di Sulsel. Dampaknya, empat kabupaten berdekatan masing-masing, Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba dan Sinjai mengalami banjir karena debit air sungai meluap ke permukaan.

Ribuan rumah, fasilitas kantor pemerintah, lahan kebun dan persawahan, serta kendaraan hingga hewan ternak ikut terdampak atas kejadian banjir tersebut terjadi pada Kamis (8/7/2021) hingga Jumat (9/7/2021) di empat kabupaten setempat.