Tips bakar sate dengan aman di masa pandemi
Jakarta (ANTARA) - Tak terasa sebentar lagi umat Islam kembali merayakan Idul Adha yang diperkirakan jatuh pada Selasa (20/4).
Ini juga kedua kalinya diselenggarakan di tengah-tengah pandemi.
Beda dengan pada 2020, Idul Adha kali ini di tengah-tengah gelombang penularan COVID-19 yang begitu tinggi sehingga membuat pemerintah memberlakukan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
Pertanyaannya, amankah menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban di masa PPKM Darurat?
Bahkan masyarakat pun berharap masih bisa membakar sate di tengah pandemi.
Terkait hal itu, Pemprov DKI Jakarta sudah mengeluarkan panduan untuk penyelenggaraan penyembelihan hewan kurban di masa PPKM Darurat, termasuk kebijakan untuk Shalat Idul Adha dari rumah.
Anggota DPR DKI Jakarta, M. Taufik Zoekifli mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir untuk menyembelih hewan kurban di masa PPKM Darurat, panduan terkait hal itu sudah tersedia.
Menurut politisi PKS ini tersedianya hewan kurban justru mampu menggerakkan ekonomi atau bahkan membantu masyarakat di tengah-tengah tekanan akibat pandemi COVID-19.
Taufik mengatakan sudah dua kali menyelenggarakan kurban selama pandemi sebenarnya tidak ada hal yang berubah, masyarakat dapat berpegang kepada panduan yang dikeluarkan Kementerian Agama RI dan juga rambu-rambu melalui instruksi No. 43 tahun 2021 dan seruan No. 11 tahun 2021.
Agar aman, masyarakat dapat memotong hewan kurban di rumah potong hewat (RPH) yang banyak tersebar di Jakarta.
Namun, apabila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di luar RPH, namun dengan berbagai persyaratan.
Lokasi menurut Taufik bukan di lingkungan yang padat penduduk, kemudian tidak diperkenankan untuk terjadinya kerumunan, petugas yang memotong hewan kurban harus dipastikan bebas COVID-19.
Caranya, bisa dengan melakukan tes dan memeriksa suhu tubuh, termasuk alat-alatnya dipastikan steril.
"Saya memastikan masyarakat masih dapat membuat sate dengan aman," kata Taufik.
Tebar daging
Sedangkan menurut Ketua Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa 2021, Ahmad Faqih Syarafaddin mengatakan di tengah pandemi bukan hanya masyarakat yang mengalami kesulitan, tetapi juga peternak-peternak di daerah untuk menjual hewan ternaknya.
Kemudian yang juga menjadi persoalan dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban adalah masalah pendistribusian. Seperti diketahui usai dipotong daging akan dibagi-bagikan baik kepada pekurban maupun masyarakat yang membutuhkan.
Persoalan dalam pelaksanaan kurban setiap tahunnya adalah pendistribusian daging yang tidak merata. Ada daerah-daerah yang surplus tetapi ada juga yang minus/defisit.
Hal itu menjadi catatan bagi Dompet Dhuafa sehingga dibuatlah unit tebar hewan kurban.
Kendala lain untuk daerah yang masih defisit adalah aksesnya yang sulit dijangkau sehingga kehadiran Dompet Dhuafa di sini dapat menjembatani untuk menjangkau saudara-saudara yang membutuhkan.
Dengan tebar hewan kurban, Dompet Dhuafa ingin menjembatani peternak di Indonesia juga, pekurban serta pendistribusian kepada masyarakat-masyarakat yang membutuhkan.
Di DKI sendiri, Faqih memperkirakan terdapat 22 ribu ton daging kurban pada Idul Adha kali ini, satu rumah diperkirakan mendapat 5 sampai 10 kantong daging yang berarti dapat dikonsumsi dalam waktu tiga bulan ke depan, tetapi ada juga daerah-daerah yang masih defisit sampai dengan 4.000 ton.
Dengan demikian, menjadi kewajiban bagi Dompet Dhuafa untuk menjangkau daerah-daerah yang selama ini masih defisit hewan kurban.
Ditiadakan
Seperti diketahui perayaan Idul Adha tahun ini masih dirayakan di tengah pandemi COVID-19 sehingga semua kegiatan keagamaan termasuk Shalat Idul Adha terpaksa ditiadakan dan prosesi penyembelihan korban harus dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat untuk mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19.
Kondisi demikian membuat Idul Adha tidak bisa dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga dan teman-teman karena adanya PPKM Darurat.
Namun hal ini dapat disiasati dengan teknologi internet sehingga jalinan silaturahmi juga tetap terjaga. Untuk pendistribusian daging juga dapat memanfaatkan layanan daring yang aplikasinya banyak tersedia.
Ahmad Faqih Syarafaddin menambahkan, dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban harus memperhatikan tiga hal pokok, yaitu, kesehatan dari hewan yang akan dikurbankan, proses penyembelihan hewan kurban dan distribusi daging hewan kurban kepada mustahiq.
Menurut Faqih, kurban merupakan momen yang spesial. Karena dengan adanya kurban, orang yang tidak bisa menikmati daging, maka pada hari Idul Adha jadi bisa menikmati daging.
"Apalagi pada pandemi ini, distribusi hewan kurban menjadi lebih banyak secara volume, dan lebih luas secara wilayah. Sehingga semakin banyak masyarakat yang terbantu,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, untuk tahun ini pihaknya menargetkan tebar 52 ribu hewan kurban ke pelosok nusantara hingga negara konflik Palestina.
Target tersebut berdasarkan perhitungan sebaran produksi populasi peternakan-peternakan Dompet Dhuafa di 11 titik sentra ternak di seluruh Indonesia.
Selain itu, pihaknya juga memiliki mitra-mitra peternak di setiap daerah untuk membantu memasok hewan kurban, sekaligus membantu peternak yang kurang mampu.
Justru karena pandemi terjadi, maka Dompet Dhuafa harus bekerja lebih keras untuk memastikan kurban berjalan dengan sangat baik.
"Harus benar-benar bisa memanfaatkan sedikit kesempatan yang ada untuk meringankan beban masyarakat," jelas Faqih.
Pada kesempatan yang sama, IDEAS Manager PT Asianagro Agungjaya, Fajar Marhaendra menambahkan, Idul Adha identik dengan kurban maka pihaknya memberikan beberapa tips pengolahan makanan lebih sehat.
Karena kalau terlalu berlebihan memakan olahan daging pada Idul Adha, bisa jatuh sakit, imun turun dan lebih berisiko terpapar virus COVID-19.
Biasanya, saat Hari Raya Idul Adha masyarakat Indonesia mengolah makanan yang mengandung lemak tinggi, seperti daging kambing. Kalau daging tersebut diolah sesuai dengan kaedah tertentu tidaklah masalah.
Agaknya ini menjadi penting agar masyarakat dapat mengolah daging kurban dengan bijak dengan tidak terlalu berlebihan yang justru membuat sakit.
Mengingat di tengah pandemi sekarang ini rumah sakit masih penuh untuk penanganan pasien COVID-19.
Mari bijak menikmati sate atau jenis makanan olahan kurban lainnya tahun ini karena situasi masih pandemi.
Ini juga kedua kalinya diselenggarakan di tengah-tengah pandemi.
Beda dengan pada 2020, Idul Adha kali ini di tengah-tengah gelombang penularan COVID-19 yang begitu tinggi sehingga membuat pemerintah memberlakukan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
Pertanyaannya, amankah menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban di masa PPKM Darurat?
Bahkan masyarakat pun berharap masih bisa membakar sate di tengah pandemi.
Terkait hal itu, Pemprov DKI Jakarta sudah mengeluarkan panduan untuk penyelenggaraan penyembelihan hewan kurban di masa PPKM Darurat, termasuk kebijakan untuk Shalat Idul Adha dari rumah.
Anggota DPR DKI Jakarta, M. Taufik Zoekifli mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir untuk menyembelih hewan kurban di masa PPKM Darurat, panduan terkait hal itu sudah tersedia.
Menurut politisi PKS ini tersedianya hewan kurban justru mampu menggerakkan ekonomi atau bahkan membantu masyarakat di tengah-tengah tekanan akibat pandemi COVID-19.
Taufik mengatakan sudah dua kali menyelenggarakan kurban selama pandemi sebenarnya tidak ada hal yang berubah, masyarakat dapat berpegang kepada panduan yang dikeluarkan Kementerian Agama RI dan juga rambu-rambu melalui instruksi No. 43 tahun 2021 dan seruan No. 11 tahun 2021.
Agar aman, masyarakat dapat memotong hewan kurban di rumah potong hewat (RPH) yang banyak tersebar di Jakarta.
Namun, apabila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di luar RPH, namun dengan berbagai persyaratan.
Lokasi menurut Taufik bukan di lingkungan yang padat penduduk, kemudian tidak diperkenankan untuk terjadinya kerumunan, petugas yang memotong hewan kurban harus dipastikan bebas COVID-19.
Caranya, bisa dengan melakukan tes dan memeriksa suhu tubuh, termasuk alat-alatnya dipastikan steril.
"Saya memastikan masyarakat masih dapat membuat sate dengan aman," kata Taufik.
Tebar daging
Sedangkan menurut Ketua Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa 2021, Ahmad Faqih Syarafaddin mengatakan di tengah pandemi bukan hanya masyarakat yang mengalami kesulitan, tetapi juga peternak-peternak di daerah untuk menjual hewan ternaknya.
Kemudian yang juga menjadi persoalan dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban adalah masalah pendistribusian. Seperti diketahui usai dipotong daging akan dibagi-bagikan baik kepada pekurban maupun masyarakat yang membutuhkan.
Persoalan dalam pelaksanaan kurban setiap tahunnya adalah pendistribusian daging yang tidak merata. Ada daerah-daerah yang surplus tetapi ada juga yang minus/defisit.
Hal itu menjadi catatan bagi Dompet Dhuafa sehingga dibuatlah unit tebar hewan kurban.
Kendala lain untuk daerah yang masih defisit adalah aksesnya yang sulit dijangkau sehingga kehadiran Dompet Dhuafa di sini dapat menjembatani untuk menjangkau saudara-saudara yang membutuhkan.
Dengan tebar hewan kurban, Dompet Dhuafa ingin menjembatani peternak di Indonesia juga, pekurban serta pendistribusian kepada masyarakat-masyarakat yang membutuhkan.
Di DKI sendiri, Faqih memperkirakan terdapat 22 ribu ton daging kurban pada Idul Adha kali ini, satu rumah diperkirakan mendapat 5 sampai 10 kantong daging yang berarti dapat dikonsumsi dalam waktu tiga bulan ke depan, tetapi ada juga daerah-daerah yang masih defisit sampai dengan 4.000 ton.
Dengan demikian, menjadi kewajiban bagi Dompet Dhuafa untuk menjangkau daerah-daerah yang selama ini masih defisit hewan kurban.
Ditiadakan
Seperti diketahui perayaan Idul Adha tahun ini masih dirayakan di tengah pandemi COVID-19 sehingga semua kegiatan keagamaan termasuk Shalat Idul Adha terpaksa ditiadakan dan prosesi penyembelihan korban harus dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat untuk mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19.
Kondisi demikian membuat Idul Adha tidak bisa dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga dan teman-teman karena adanya PPKM Darurat.
Namun hal ini dapat disiasati dengan teknologi internet sehingga jalinan silaturahmi juga tetap terjaga. Untuk pendistribusian daging juga dapat memanfaatkan layanan daring yang aplikasinya banyak tersedia.
Ahmad Faqih Syarafaddin menambahkan, dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban harus memperhatikan tiga hal pokok, yaitu, kesehatan dari hewan yang akan dikurbankan, proses penyembelihan hewan kurban dan distribusi daging hewan kurban kepada mustahiq.
Menurut Faqih, kurban merupakan momen yang spesial. Karena dengan adanya kurban, orang yang tidak bisa menikmati daging, maka pada hari Idul Adha jadi bisa menikmati daging.
"Apalagi pada pandemi ini, distribusi hewan kurban menjadi lebih banyak secara volume, dan lebih luas secara wilayah. Sehingga semakin banyak masyarakat yang terbantu,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, untuk tahun ini pihaknya menargetkan tebar 52 ribu hewan kurban ke pelosok nusantara hingga negara konflik Palestina.
Target tersebut berdasarkan perhitungan sebaran produksi populasi peternakan-peternakan Dompet Dhuafa di 11 titik sentra ternak di seluruh Indonesia.
Selain itu, pihaknya juga memiliki mitra-mitra peternak di setiap daerah untuk membantu memasok hewan kurban, sekaligus membantu peternak yang kurang mampu.
Justru karena pandemi terjadi, maka Dompet Dhuafa harus bekerja lebih keras untuk memastikan kurban berjalan dengan sangat baik.
"Harus benar-benar bisa memanfaatkan sedikit kesempatan yang ada untuk meringankan beban masyarakat," jelas Faqih.
Pada kesempatan yang sama, IDEAS Manager PT Asianagro Agungjaya, Fajar Marhaendra menambahkan, Idul Adha identik dengan kurban maka pihaknya memberikan beberapa tips pengolahan makanan lebih sehat.
Karena kalau terlalu berlebihan memakan olahan daging pada Idul Adha, bisa jatuh sakit, imun turun dan lebih berisiko terpapar virus COVID-19.
Biasanya, saat Hari Raya Idul Adha masyarakat Indonesia mengolah makanan yang mengandung lemak tinggi, seperti daging kambing. Kalau daging tersebut diolah sesuai dengan kaedah tertentu tidaklah masalah.
Agaknya ini menjadi penting agar masyarakat dapat mengolah daging kurban dengan bijak dengan tidak terlalu berlebihan yang justru membuat sakit.
Mengingat di tengah pandemi sekarang ini rumah sakit masih penuh untuk penanganan pasien COVID-19.
Mari bijak menikmati sate atau jenis makanan olahan kurban lainnya tahun ini karena situasi masih pandemi.