Palu (ANTARA) - Kawasan hunian tetap (Huntap) korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang berada di Kelurahan Duyu Kecamatan Palu Barat Kota Palu ramai dikunjungi warga untuk ngabuburit saat bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah.
Bukan tanpa alasan, kawasan huntap tersebut ramai dikunjungi oleh warga dari berbagai latar belakang usia, sebab lokasinya terletak di kaki pegunungan dan menyajikan keindahan Kota Palu dan Teluk Palu dari dataran tinggi.
Keberadaan tempat berkumpul masyarakat, taman bermain anak dan tempat-tempat berfoto yang cukup menawan menambah betah bagi siapapun yang datang.
"Indah sekali pemandangan Kota Palu dari Huntap Duyu sini. Sangat cocok sebagai tempat ngabuburit, makanya saya suka ke sini," kata salah satu warga, Rahmawaty, Selasa petang.
Apalagi, lanjutnya, pemandangan lima bentang alam di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) tersebut yang meliputi pantai, teluk, sungai, pegunungan dan perbukitan dapat disaksikan dari kawasan Huntap Duyu.
"Kalau di daerah lain biasanya hanya bisa kita saksikan dua atau tiga dimensi dari dataran tinggi. Tapi di Kota Palu kita bisa menikmati pemandangan lima dimensi,"ujarnya.
Sementara itu warga lainnya, Sandi berharap pemerintah daerah, warga yang menghuni huntap dan masyarakat yang datang ke Huntap Duyu dapat menjaga dan merawat fasilitas di sana.
"Saya lihat banyak sampahnya di sekitar taman. Saya berharap masyarakat yang datang untuk ngabuburit dapat menjaga kebersihan kawasan huntap dan merawat kebersihan yang ada,"ucapnya.
Ia khawatir jika masyarakat tidak dapat merawat dan menjaga kawasan Huntap Duyu dan fasilitas yang ada di sana, maka kawasan tersebut menjadi kotor dan fasilitas yang ada di sana rusak.
"Jangan hanya selalu diserahkan kepada pemerintah untuk perawatan dan kebersihan tempat wisata termasuk di Huntap Duyu sini. Kita sebagai masyarakat harus bertanggung jawab menjaga dan merawatnya," tambahnya.
Huntap Duyu dibangun oleh pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diperuntukkan bagi korban gempa, tsunami dan likuefaksi tahun 2018 yang kehilangan tempat tinggal.
Sekitar 230 unit huntap telah ditempati oleh para korban bencana.