Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kota Palu melibatkan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dalam percepatan penanganan stunting di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu.
"Percepatan penurunan prevalensi stunting butuh kolaborasi semua pihak, maka salah satu yang dilibatkan yakni keluarga penerima PKH," kata Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kota Palu Husaema dalam kegiatan sesi pengembangan keluarga dalam pencegahan stunting di Palu, Rabu.
Ia mengemukakan stunting salah satu permasalahan serius terkait dengan pertumbuhan anak-anak yang harus menjadi perhatian bersama.
Oleh karena pentingnya peran keluarga dalam pembentukan generasi masa depan yang sehat dan cerdas, kata dia, maka pemenuhan kebutuhan dasar bagi keluarga terkena maupun berisiko stunting menjadi prioritas.
Ia menjelaskan bahwa penerima PKH, salah satu objek, baik pemenuhan pangan, kebutuhan kesehatan, ekonomi, maupun pencatatan sipil, sehingga kolaborasi ini penting untuk membantu warga setempat.
"Keluarga adalah fondasi utama dalam membentuk pola makan yang baik, memastikan akses terhadap gizi yang cukup, dan memberikan stimulasi yang optimal bagi perkembangan fisik dan mental anak," ujarnya.
Menurut data Pemkot Palu pada kegiatan kolaborasi ini tahap pertama pada awal Tahun 2023, dari 146 bayi di bawah dua tahun (baduta) terkena stunting selama tiga bulan, mengalami perubahan signifikansi terhadap 144 baduta, tinggi badannya meningkat termasuk gizi mereka menjadi baik, sehingga terlepas dari stunting.
"Kami percaya melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, lembaga kesehatan, pendidikan dan mitra-mitra strategis lainnya, dapat mencapai hasil yang signifikan dalam mengatasi masalah stunting di daerah," ucap Husaema.
Dia mengatakan Pemkot Palu optimistis pada 2024 dapat menekan prevalensi stunting sesuai target pemerintah pusat yakni 14 persen, melalui berbagai program yang telah dilaksanakan.
Menurut data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 prevalensi
stunting di Kota Palu mencapai 24,7 persen, meningkat dari 23,9 persen pada 2021.