Palu (ANTARA) -
Menurut dia, perbedaan suku, bahasa dan agama sumber kekuatan bangsa Indonesia, maka jadikan perbedaan sebagai kebutuhan membangun menjaga nilai-nilai luhur, termasuk demokrasi bermartabat.
Melalui kegiatan ini, tokoh adat juga diharapkan mampu menularkan pendidikan pemilih kepada masyarakat di masing-masing wilayahnya.
“Jangan jadikan perbedaan sebagai sesuatu yang tabuh, karena perbedaan memiliki sumber kekuatan yang kokoh dalam wujud persatuan, maka peran toko adat sangat membantu mewujudkan pemilu damai," ujarnya.
Di kesempatan itu, KPU juga mengimbau masyarakat agar tidak terlibat politik uang, karena mencederai demokrasi dan ancaman sanksinya adalah pidana.
"Jadilah pemilih cerdas, hindari politik uang karena ancaman pidananya bukan hanya berlaku bagi pemberi, penerima juga mendapat hukuman yang sama," kata dia.
Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako Palu Muhamad Marzuki mengatakan, para tokoh adat memiliki peran strategis di lingkungan sosial kemasyarakatan, maka mereka perlu dilibatkan dalam semua agenda Pemilu 2024.
“Mereka (tokok adat) memiliki pengaruh sosial, sehingga perlu digandeng mengajak masyarakat untuk berpartisipasi,” ucapnya.
Marzuki berharap, keterlibatan tokoh adat dalam sosialisasi yang diselenggarakan KPU Sulteng bisa berdampak meningkatnya partisipasi pemilih di Pemilu 14 Februari 2024.
"Semua segmen harus diberdayakan. Kesuksesan pemilu ada di tangan masyarakat, maka masyarakat wajib pilih harus diajak terlibat aktif, baik dalam pengawasan maupun partisipasi datang menyalurkan hak konstitusinya di TPS," tuturnya.