Komunitas lintas beragama bantu bersihkan Klenteng jelang Imlek
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Komunitas lintas beragama Peace Leader Indonesia bersama komunitas lainnya membantu warga keturunan Tionghoa untuk membersihkan Klenteng Pay Lien San menjelang perayaan Imlek di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Kami bersama rekan-rekan komunitas lintas beragama membantu untuk membersihkan Klenteng Pay Lien San sebagai wujud untuk meningkatkan toleransi beragama," kata Ketua Peace Leader Indonesia Redy Saputro di Jember, Senin.
Menurutnya, kegiatan tersebut juga dilakukan dalam rangka memperingati Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama Sedunia, merupakan acara tahunan yang diperingati pada pekan pertama bulan Februari.
"Hal itu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa komunitas lintas beragama tidak hanya berbicara tentang aqidah dan persoalan agama, namun lebih pada aksi nyata membersihkan tempat ibadah umat beragama," katanya.
Ia menjelaskan kegiatan membantu untuk membersihkan tempat ibadah tersebut dalam rangka membangun kerukunan umat beragama di Jember, agar masyarakat yang merayakan Tahun Baru Imlek bisa beribadah dengan tenang dan nyaman.
Sementara Wakil Ketua Klenteng Pay Lien San, Hery mengatakan bahwa kegiatan bersih-bersih patung dilakukan setiap setahun sekali menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.
"Semua patung dibersihkan dan disucikan agar saat perayaan Imlek dalam keadaan bersih. Mereka yang memandikan patung tidak boleh mengonsumsi daging, sehingga hanya boleh mengonsumsi sayur mayur -vegetarian-," katanya.
Menurutnya, bersih-bersih patung dilakukan dengan tujuan menyucikan kembali Tempat Ibadah Tri Dharma, karena selama setahun terakhir banyak umat yang datang dengan berbagai persoalan dan kesalahan.
Belasan patung yang dimandikan mulai dari patung Dewi Kwan Im, Kwan Kung, Dewa Bumi hingga patung pendiri kelenteng tersebut, Kwan Hwa Sen.
Seluruh patung diletakkan di atas meja, kemudian disucikan dengan menggunakan air yang dicampur dengan bunga mawar dan cendana, sehingga semerbak bau harum pada saat memandikan patung dewa-dewi kaum etnis Tionghoa.
Setelah dibilas dengan air bersih, patung-patung tersebut dicelupkan pada sebuah wadah yang berisi air teh, kemudian air kayu cendana, dan air bunga mawar dan patung-patung tersebut diletakkan kembali ke tempatnya.
"Kami bersama rekan-rekan komunitas lintas beragama membantu untuk membersihkan Klenteng Pay Lien San sebagai wujud untuk meningkatkan toleransi beragama," kata Ketua Peace Leader Indonesia Redy Saputro di Jember, Senin.
Menurutnya, kegiatan tersebut juga dilakukan dalam rangka memperingati Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama Sedunia, merupakan acara tahunan yang diperingati pada pekan pertama bulan Februari.
"Hal itu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa komunitas lintas beragama tidak hanya berbicara tentang aqidah dan persoalan agama, namun lebih pada aksi nyata membersihkan tempat ibadah umat beragama," katanya.
Ia menjelaskan kegiatan membantu untuk membersihkan tempat ibadah tersebut dalam rangka membangun kerukunan umat beragama di Jember, agar masyarakat yang merayakan Tahun Baru Imlek bisa beribadah dengan tenang dan nyaman.
Sementara Wakil Ketua Klenteng Pay Lien San, Hery mengatakan bahwa kegiatan bersih-bersih patung dilakukan setiap setahun sekali menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.
"Semua patung dibersihkan dan disucikan agar saat perayaan Imlek dalam keadaan bersih. Mereka yang memandikan patung tidak boleh mengonsumsi daging, sehingga hanya boleh mengonsumsi sayur mayur -vegetarian-," katanya.
Menurutnya, bersih-bersih patung dilakukan dengan tujuan menyucikan kembali Tempat Ibadah Tri Dharma, karena selama setahun terakhir banyak umat yang datang dengan berbagai persoalan dan kesalahan.
Belasan patung yang dimandikan mulai dari patung Dewi Kwan Im, Kwan Kung, Dewa Bumi hingga patung pendiri kelenteng tersebut, Kwan Hwa Sen.
Seluruh patung diletakkan di atas meja, kemudian disucikan dengan menggunakan air yang dicampur dengan bunga mawar dan cendana, sehingga semerbak bau harum pada saat memandikan patung dewa-dewi kaum etnis Tionghoa.
Setelah dibilas dengan air bersih, patung-patung tersebut dicelupkan pada sebuah wadah yang berisi air teh, kemudian air kayu cendana, dan air bunga mawar dan patung-patung tersebut diletakkan kembali ke tempatnya.