Dubes Santo upayakan peningkatan kerja sama RI-Kamboja di bidang beras

id Duta Besar RI untuk Kamboja Santo Darmosumarto,perdagangan beras Indonesia kamboja,impor beras kamboja,kerja sama bilate

Dubes Santo upayakan peningkatan kerja sama RI-Kamboja di bidang beras

Duta Besar RI untuk Kamboja Santo Darmosumarto berbincang dengan beberapa media di Jakarta pada Selasa (27/2/2024). (ANTARA/Yashinta Difa)

Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Kamboja Santo Darmosumarto mengupayakan peningkatan kerja sama yang lebih komprehensif dalam perdagangan beras di antara kedua negara.

Menurut dia, Indonesia sudah berkeinginan mengimpor lebih banyak beras dari Kamboja, tetapi masih terkendala harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan beras dari negara lain seperti Thailand dan Vietnam—dengan selisih yang mencapai sekitar 100 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta) per ton.

“Tetapi harga beras itu kan bisa dikatrol naik turunnya dari berbagai macam faktor, termasuk melalui kerja sama yang lebih ekstensif,” ujar Santo kepada ANTARA pada Selasa malam (27/2).

Untuk itu, dia sedang berfokus menjajaki kemungkinan kerja sama jangka panjang dengan mengundang investasi Indonesia ke Kamboja.

Santo menyebut sejumlah kemungkinan kerja sama yang tidak hanya fokus pada jual-beli beras, di antaranya kerja sama pengembangan kapasitas, investasi Indonesia di rice mill dan storage, serta peluang Indonesia melakukan countertrade untuk produk-produk tertentu yang diperlukan Kamboja.

“Hal tersebut yang perlu kita explore bersama guna meningkatkan perdagangan beras dengan Kamboja,” tuturnya.

Peningkatan perdagangan beras, menurut dia, bisa menjadi salah satu jembatan untuk semakin meningkatkan kerja sama bilateral Indonesia-Kamboja.

Selain itu, Santo juga berupaya menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara yang mencatatkan surplus sangat besar di pihak Indonesia.

Dari 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp17,2 triliun) nilai perdagangan kedua negara, sekitar 900 juta dolar AS (sekira Rp14 triliun) di antaranya merupakan ekspor Indonesia ke Kamboja.

“Dari sisi ini kan berarti tidak sehat (kondisi perdagangannya). Kalau ini terus berlanjut, Kamboja dibanjiri produk Indonesia tetapi mereka tidak merasa ada attachment dengan kerja sama ekonominya. Padahal, untuk membangun kerja sama di dunia modern saat ini, diperlukan kerja sama yang sifatnya economic-based,” kata Santo.

Guna meningkatkan perdagangan beras, Santo juga mengusulkan kepada pihak Kamboja untuk berfokus menjual beras premium yang memang dikenal harganya tinggi, yang mungkin ada peminatnya di Indonesia.

“Saya yakin kalau orang Indonesia makan beras Kamboja, ujung-ujungnya pasti ingin makan beras Kamboja lagi karena rasanya enak. Tipe beras berbulir panjang, rasanya seperti beras Jepang tetapi tidak lengket,” ujarnya.

Ia pun memaparkan bahwa dalam delapan tahun terakhir, Kamboja telah lima kali memenangi penghargaan sebagai beras terbaik di dunia.

Indonesia dan Kamboja sendiri telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait perdagangan beras pada 2012, tetapi kerja sama tersebut baru akhirnya diimplementasikan tahun lalu dengan adanya impor perdana beras Kamboja sebanyak 15.000 ton.