Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar) menyatakan pengembangan komoditas sawit mampu meningkatkan perekonomian daerah serta kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Bupati Pasangkayu Yaumil Ambo Djiwa menyebutkan perubahan terbesar yang dapat dirasakan adalah infrastuktur seperti jalur transportasi yang membaik, jaringan telekomunikasi, serta fasilitas publik.
"Masyarakat sudah mulai merasakan hasil dari pengembangan sawit di Pasangkayu. Hanya komoditas sawit yang terbesar di Pasangkayu, penghasil sawit, bahkan kami menjadi salah satu kabupaten dengan pendapat daerah terbesar di Sulawesi Barat. Itu juga berkat sawit," ujar bupati dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2023, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga konstan yang dimiliki Pasangkayu sebesar Rp40 juta.
Jumlah ini merupakan tertinggi di Sulawesi Barat, bahkan mengalahkan ibu kota Provinsi yaitu Mamuju dengan nilai PDRB sebesar Rp31 juta, selain itu, persentase ekspor Pasangkayu juga paling tinggi yaitu 40 persen.
Yaumil Ambo Djiwa melanjutkan pemekaran wilayah Kabupaten Pasangkayu merupakan perjuangan bersama yang mana dukungan dari perusahaan sawit kala itu menjadi salah satu penyemangat untuk mendorong pembentukan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju.
Pengembangan sawit di Pasangkayu, lanjutnya, tidak hanya memberikan efek domino terhadap perekonomian daerah, namun juga memberikan kesempatan pengembangan daerah.
"Dulu kami sangat terisolasi, dan sangat ketinggalan jauh. Ketimbang sebelumnya, kita sudah merasakan perubahan luar biasa terutama di bidang infrastuktur kami. Perkembangan wilayah ini bisa dibilang sangat pesat semenjak terbentuknya kabupaten baru," ujar Yaumil Ambo Djiwa.
Sementara itu Bupati Pasangkayu periode 2016-2021 Agus Ambo Djiwa mengungkapkan komoditas sawit memiliki kontribusi besar pada pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi di Pasangkayu.
Menurut dia, sebelum menjadi kota kabupaten, Pasangkayu hanya menjadi daerah terpencil yang tertinggal dimana akses transportasi dan pengembangan infrastruktur sangat minim sekitar empat dekade lalu.
Sawit menjadi penopang terbesar bagi Pasangkayu, lanjutnya, hadirnya perusahaan sawit salah satunya Astra Agro, membuat ekonomi daerah bangkit.
"Syarat mutlak pemekaran itu pertumbuhan ekonomi. Bagi daerah kami, jika tidak ada investasi ini, tidak maju," tutur mantan Bupati Pasangkayu itu.
Menurut Agus Ambo Djiwa, masyarakat lokal dahulu tidak meminati komoditas sawit karena merasa asing. Pemerintah berkolaborasi dengan perusahaan memberikan kesempatan setidaknya 30 persen lahan agar dikelola masyarakat lokal melalui program kemitraan, seperti perkebunan inti rakyat transmigrasi (PIR-trans).
Melihat potensi ekonomi yang ada, tambahnya, masyarakat kemudian beralih menjadi petani sawit.
Dikatakannya, tantangan utama bagi pemerintah daerah yakni memberikan hak masyarakat namun juga melindungi investasi di daerah. Namun karena sudah memiliki otonomi daerah, pemerintah bisa mendorong sinergi antara masyarakat dan perusahaan.
"Sosialisasi dan edukasi terus digulirkan kepada masyarakat, menggaet perusahaan, agar menjaga investasi dan mendorong kemajuan daerah juga kesejahteraan masyarakat," katanya.
Berita Terkait
FKUB Sulteng-Pasangkayu bersinergi dalam penguatan kerukunan
Sabtu, 13 Juli 2024 19:04 Wib
UIN Palu dan Pasangkayu kerja sama tingkatkan kualitas hidup masyarakat
Jumat, 5 April 2024 4:10 Wib
Bupati Pasangkayu minta selesaikan tapal batas Sulbar Sulteng
Selasa, 24 Mei 2022 8:16 Wib
Polsek Pasangkayu sediakan minyak goreng murah
Senin, 25 April 2022 3:16 Wib
Bupati Pasangkayu: Safari Ramadhan rekatkan pemkab-masyarakat
Jumat, 15 April 2022 7:10 Wib
Polres Pasangkayu tangkap bandar narkoba simpan 192 gram sabu-sabu
Minggu, 6 Maret 2022 16:51 Wib
Pemkab Pasangkayu kerja sama PT Telkom sewa internet
Rabu, 16 Februari 2022 6:03 Wib
Polres Pasangkayu tngkap tiga pelaku curas
Minggu, 18 Juli 2021 6:55 Wib